Showing posts with label ArtiQle. Show all posts
Showing posts with label ArtiQle. Show all posts

Friday, September 7, 2012

Peduli Tikus

Kisah ini saya sampaikan dalam rapat staf di dua instansi yang pernah saya pimpin. Selengkapnya beginilah kisahnya:

Di sebuah tanah pertanian tinggallah keluarga petani yang memiliki beberapa hewan ternak. Dalam rumah pak tani tinggal juga seekor tikus. Suatu hari Pak Tani merencanakan akan mengusir tikus itu. Demi mendengar rencana Pak Tani, si tikus pun panik dan berlari mencari pertolongan.

Datanglah si Tikus menemui Ayam.
"Wahai Ayam, tolonglah aku! Pak Tani akan membeli perangkap tikus untuk menangkapku. Apa yang harus aku lakukan?"
Ayam menjawab dengan ogah-ogahan.
"Hai Tikus, yang mau ditangkap kan kamu, tidak ada urusannya dengan aku."

Tikus pun berlari lagi menuju kandang kambing.
"Oh Kambing, Pak Tani akan membeli perangkap tikus untuk menangkapku. Bisakah engkau menolongku? Aku sangat ketakutan." kata Tikus berurai air mata.
"Mbeeek... makanya jadilah kamu binatang yang baik seperti aku. Lihat aku dipelihara baik-baik dan selalu diberi makan cukup, jadi buat aku harus menolongmu?" kata Kambing kemudian.

Harapan terakhir si Tikus hanyalah pada si Sapi. Di kandangnya si Sapi sedang menikmati rumput hijaunya.
"Sapi sahabatku, engkaulah harapanku. Pak Tani akan menangkapku dengan perangkap barunya, tolonglah aku wahai sahabatku."
Sapi menghentikan makannya sejenak, tapi kemudian acuh kembali.
"Hai Tikus, Apa alasannya aku harus menolongmu, itu adalah resiko yang harus kamu tanggung sendiri. Hidupku di sini sudah cukup tentram."

Singkat cerita, waktu itu pun tiba. Pak Tani pulang membawa perangkap tikus dan memasangnya. Suatu malam ketika Tikus terjebak dan ekornya terjepit di perangkap, ia menjadi sangat panik dan ketakutan. Ia berlarian kesana kemari dan menabrak segala sesuatu yang dilewatinya. Sampai-sampai lampu teplok di dinding pun jatuh dan secepat kilat kemudian membakar dinding rumah. Api pun membesar cepat, Pak Tani dan istrinya terkejut dan berlari keluar rumah. Dalam sekejap saja rumah kayu Pak Tani beserta harta bendanya ludes dimakan api.

Akibat musibah itu, Pak Tani belum bisa bekerja kembali. Untuk makan esok harinya, Pak Tani dan istrinya menyembelih si Ayam untuk dijadikan lauk.

Karena kesedihan yang berlarut-larut, istri Pak Tani pun sakit keras. Terpaksa Pak Tani pun menjual si Kambing kepada penjual sate untuk berobat istrinya kesana kemari.

Tetapi penyakit sang istri justru makin parah dan akhirnya ia pun meninggal dunia. Karena Pak Tani harus mengadakan selamatan kematian istrinya, maka disembelihlah si Sapi.

Begitulah akhirnya. Ayam, Kambing, dan Sapi pun terkena imbasnya.

DALAM PELAYANAN KESEHATAN

Kisah di atas menunjukkan bahwa bila kita tidak peduli dengan apa yang terjadi di sekitar kita, maka sesungguhnya tinggal menunggu waktu saja kita akan terkena dampak dari apa yang tidak kita pedulikan. Semua akan kembali kepada diri kita sendiri.

Sebagai contoh dalam bidang pelayanan kesehatan. Bila kita melakukan tugas dengan asal-asalan dan tidak mempedulikan kebutuhan dan keadaan pasien, dengan kualitas pekerjaan yang seadanya saja, sepintas hal itu meng'enak'kan. Dan sepintas hal itu tidak memberikan dampak apapun pada kita. Toh kita sudah bekerja dan mendapatkan gaji cukup.

Tapi seandainya keluarga kita atau kita sendiri suatu saat berada di suatu tempat dan membutuhkan pelayanan kesehatan dalam keadaan darurat, sementara kemudian yang kita temui adalah fasilitas kesehatan dan petugas yang bekerja asal-asalan dan tidak peduli, maka itulah sesungguhnya dampak sistem yang di dalamnya kita ikut menciptakannya sendiri. Kita bekerja asal-asalan di sini, dan keluarga kita di sana menerima pula akibat dari pelayanan kesehatan yang bekerja asal-asalan.

Maka yang dibutuhkan di sini adalah sebuah kepedulian!

DALAM PERUSAHAAN/ORGANISASI

Seorang pegawai rendahan yang bertugas menerima barang dari supplier perusahaan misalnya, ia menerima fee (alias suap) dari supplier untuk memanipulasi angka timbangan dari barang yang diterima supaya supplier mendapatkan untung dari pembayaran perusahaan. Sepintas si pegawai dan si supplier sangat enak dan beruntung. Namun ketidakpedullian terhadap perusahaan dan keuntungan sesaat itu hanyalah menunggu waktu.

Akibat kecurangan-kecurangan yang terus terjadi, perusahaan pun  mengalami defisit dan berada di ambang kebangkrutan. Perusahaan tidak bisa lagi membeli barang dari si Supplier (dan supplier pun kehilangan pendapatannya)  dan ujung-ujungnya harus terjadi rasionalisasi sehingga si pegawai itupun harus kehilangan pekerjaannya.

Maka yang dibutuhkan adalah sebuah kepedulian!!

DALAM PEMERINTAHAN/NEGARA

Fenomena korupsi dan memperkaya diri sendiri, sesungguhnya adalah sebuah bentuk ketidakpedulian juga. Sesaat sepertinya menguntungkan, akan tetapi pelan-pelan justru akan menghancurkan bangunan negara dan ujung-ujungnya masa depan yang sulit baginya dan semua orang.

Kolusi dan Nepotisme? Dalam penerimaan pegawai misalnya, sesaat sepertinya menguntungkan diri sendiri dengan menggunakan kewenangan untuk mengangkat pegawai dari keluarga atau anak pejabat atau siapapun yang sanggup membayar mahal tanpa mempedulikan kapabilitas.

Dampaknya adalah, dengan kualitas dan kapabilitas pegawai yang rendah justru akan jadi bumerang. Pejabat yang mengangkat akan sibuk menangkis kanan kiri bila terjadi kinerja bawahan yang buruk. Bagaimana jika suatu waktu kita, anak kita, atau keluarga kita menerima pelayanan yang buruk atau menerima ketidakadilan perlakuan hanya karena bukan anak siapa-siapa atau punya apa-apa? Itulah bagian dari sistem yang mungkin kita ikut menciptakannya.

Sekali lagi hanyalah kepedulian yang diperlukan!!!

DALAM MASYARAKAT

Kalau kita berada pada lingkungan yang nyaman, rumah mewah di kawasan elit, pengamanan 24 jam, sementara 500 meter di luar pagar kita adalah masyarakat sederhana yang kumuh dan kampungan, apakah kita tidak terkena dampaknya?

Bila masyarakat kaya tidak peduli dengan kemiskinan yang mengitarinya, sesungguhnya tinggal menunggu waktu saja ketika kemiskinan yang berlarut itu berubah menjadi kelaparan yang mengkristal  menjadi kriminalitas. Bagaimana dengan perampok, pencuri, dan orang kampung yang kelaparan melompat pagar dan menjarah di kediaman orang-orang kaya? Bagaimana dengan anak-anak terlantar yang tidak berkesempatan  mengenyam pendidikan layak kemudian membentuk geng-geng yang berkelahi satu sama lain di lingkungannya? Maka masyarakat yang ingin nyaman dan aman itu berubah menjadi masyarakat paranoid yang senantiasa ketakutan.

Maka inti sebenarnya adalah SEBUAH KEPEDULIAN!!!!

Friday, August 31, 2012

Meninggalnya Sang Modin



Malam beranjak di 10 hari terakhir Ramadhan. Tarawih berjama'ah di masjid telah usai, dilanjutkan dengan lantunan tadarus anak-anak desa. Beberapa kali terdengar suara orang dewasa mengoreksi bacaan Al Qur'an mereka.

Modin Atmo tidak biasanya pulang cepat dari  masjid. Melangkah masuk melewati pintu rumah kayu jati yang kokoh. Suara dehemnya membangunkan istrinya yang baru saja merebahkan diri di kamar.
"Sampun kondur, pak?" Istri Modin Atmo melongok dari balik pintu.
"Iya bu, ini mau nemani Zein"

Modin Atmo bersandar di kursi sebelah Zein, anak keduanya yang sedang menonton teve. Istrinya kembali berbaring di kamar. Sesekali Modin Atmo berkomentar tentang acara teve bersama anaknya.

Pukul sebelas malam itu, malam Jum'at terakhir di bulan Ramadhan, Modin Atmo beranjak keluar rumahnya untuk meludah. Sejurus kemudian terdengar langkahnya tergesa masuk kembali. Nada suaranya berubah, ketika memangil-manggil istrinya.

"Bu.. bu.... mrene, bu!.. cepetan, bu!..." Modin Atmo kali ini berbaring membujur di kursi panjang.
Kalimat yang hampir seperti kata perintah itu membuat istri Modin Atmo terlonjak, segera mendatangi suaminya.

"Inggih, wonten nopo, pak?" Istri Modin Atmo dan Zein mendekati sang Modin. Air mukanya berubah memucat.
"Bu, sudah waktunya bu. Ini sudah waktunya saya meninggal, bu. Sudah dekat....".
Istri Modin dan Zein saling memandang. Risau.

                        ***************

"Para bapak dan ibu warga dusun Gambiran. Sekali lagi saya sampaikan. Saya sudah menjadi modin di dusun ini lebih dari tiga puluh tahun. Dan Insya Allah saya tetap bersedia mengabdikan diri sebagai modin sampai akhir hayat saya." Suara Modin Atmo dari corong Masjid Sabilil Muttaqien menggema ke seluruh penjuru desa. Hal yang selalu beliau sampaikan di sela-sela kegiatan pengajian di Masjid.

"Dan bapak ibu juga sudah tahu semua. Saya tetap memegang teguh prinsip saya. Barangsiapa warga dusun Gambiran ini yang tidak menjalankan sholat meskipun beragama Islam, maka kalau meninggal, saya tidak bersedia menshalatkan. Sekali lagi saya katakan, ini sesuai dengan apa yang dilakukan Nabi. Beliau tidak menshalatkan orang yang selama hidupnya tidak mau menjalankan kewajiban shalat lima waktu."

Hadirin pun manggut-manggut. Beberapa orang warga yang tergolong baru, saling berbisik sembari memandang Modin Atmo penuh tanda tanya.

"Jadi bapak ibu, saya harapkan bapak ibu semua menjalankan sholat. Meskipun masih rubuh gedhang, yang penting ikut sholat dulu. Mangertos, nggih!"

"Nggiiiiiiiihh.. "

Usai ceramah, Lurah Abdi mendekati Modin Atmo.
"Pak Modin, jaman sekarang masak harus keras seperti itu. Bagaimana nanti kalau didemo keluarga si mayit kalau tidak disholatkan." Lurah Abdi menepuk bahu Modin Atmo lembut.

"Pak Lurah, meskipun saya ditembak, saya tetap tidak mau mensholatkan. Ya monggo kalau panjenengan mau mensholatkan sendiri. Pokoknya saya tidak mau." Wajah Lurah Abdi pun memerah.

Setidaknya, selama jabatan modin masih melekat pada Modin Atmo, seluruh warga takut bila ketahuan tidak pernah menjalankan sholat. Sebagai orang Islam atau ber-KTP Islam, merupakan sebuah aib yang memalukan bila saat meninggalnya tidak disholatkan.

Dalam catatan jabatannya, 'hanya' dua kali Modin Atmo tidak mensholatkan warga yang meninggal. Pertama, seorang warga yang diketahui berdasarkan saksi para tetangga tidak pernah menjalankan sholat. Dan kedua, seorang warga yang mati bunuh diri.

Pada keduanya, Modin Atmo hanya memandikan, mengkafani dan menguburkan saja. Karena sang modin tidak mensholatkan, otomatis warga yang lain juga enggan atau takut mensholatkan. Jadilah istilah orang Jawa, matinya di-glundung-kan saja. Tanpa sholat dan tanpa do'a. Hanya sekedar dikubur agar bangkainya tidak mengganggu orang lain.

                               ***********************

"Pak, apa ada yang dirasa sakit? saya pijeti ya, pak." Istri Modin memijit-mijit kaki dan lengan Modin Atmo.
"Ndak ada bu, ndak ada yang sakit. Lho bu, ini sudah dekat. Benar bu, saatnya sudah dekat ini. Panggilkan semua anak-anak, bu." Modin Atmo terus berbicara dengan tenang.

Dengan isyarat, istri Modin meminta Zein lebih mendekat, juga Risma, anak perempuannya beserta Joko sang menantu yang baru saja pulang dari Masjid. Risma menopang kepala ayahnya di sisi kanan.

"Istighfar nggih, pak. Bapak jangan bicara macam-macam. Insya Allah bapak nanti sehat." Risma berbisik di telinga sang ayah. Wajahnya masih diliputi kebingungan. Bukankah ayahnya tidak menunjukkan gejala sakit apapun. Bahkan beberapa jam yang lalu masih menjadi imam tarawih.

"Ndak nduk, ini sudah dekat. Do'akan bapak ya." Modin Atmo memejamkan mata perlahan.

Istri Modin mengangkat tangan dan berdo'a "Ya Allah, ampunilah kami sekeluarga. Paringono kesehatan dumateng bapak, lan seger kuwarasan."

"Nduk.... Le.... bu.... Sepurane bapakmu iki. Selalu do'akan bapak ya. Insya Allah sudah dekat. Allah... Allah... Astaghfirullah... Laa Ilaaha Illallah..."

Modin Atmo meletakkan kedua tangannya bersedekap di dada. Bibirnya terus lirih mengucap istighfar, takbir dan tahlil.

Risma, dengan wajah yang masih sulit percaya, mengambil tangan ayahnya dan meluruskannya dari posisi sedekap. Tangannya terus menopang kepala sang ayah.

"Allaaaaah.........."
Satu hentakan suara terakhir dari bibir Modin Atmo, kepalanya terkulai jatuh ke pelukan Risma di sisi kanan.

Tidak ada tangisan pecah. Semua tertahan di dalam dada ibu dan anak-anak itu....

(Based on true story. Seperti dituturkan istri modin. Nama dan tempat disamarkan)

Monday, November 14, 2011

Rumpi Dan Bohong Yang "Renyah"


NGERUMPI YUUUUKK !!!???

Ini kisah betapa renyah dan 'crunchy' nya ngerumpi.

KH. Rahman berkisah dalam sebuah forum pengajian, suatu kali dalam perjalanan Gresik-Surabaya bersama dua orang ibu-ibu yang kelihatannya berteman baik dan kebetulan bertemu dalam perjalanan yang sama.

"Eh, jeng, gimana kabar? Kok bawa-bawa ayam kentaki? Nggak masak sendiri to?" Sapa si Ibu pada temannya yang menenteng sebuah kotak bermerek makanan cepat saji terkenal.

"Yah, begitulah jeng, bapaknya anak-anak itu rewel banget soal makanan. Maunya makanan yang enak-enak, nggak mau masakan sendiri."

"Oh, gitu ya. Walah bapaknya anak-anak di rumah itu ... bla.... bla.... " obrolan dilanjutkan dengan 'ngerasani' suami masing-masing.

"Eh, jeng. Suami kayak gitu kan soalnya dulu kebanyakan dimanja ibuknya..."
"Oh bener banget jeng, mertua saya itu .... begini... begini... " obrolan dilanjutkan dengan 'ngerasani' mertua masing-masing.

"Jeng, kapan hari aku lewat kok jalan di depan rumahnya rusak gitu?"
"Yo ngono iku lo jeng, Pak RT sudah diprotes tapi...... bla... bla.... " obrolan dilanjutkan dengan 'ngerasani Pak RT sampe Pak Lurah, Pak Bupati, dan malahan presiden mulai Pak Harto, Megawati, sampe SBY.

"Sudah nyampe jeng, aku turun dulu, kapan-kapan ketemu lagi ya"

Tanpa terasa perjalanan 1 jam telah berhasil membicarakan begitu banyak orang.
Apalagi di jaman yang serba mudah ini. Nggak perlu ketemu kalau hanya ingin 'ngerumpi'. Mau BBM, Twitter, Facebook, it's so easy. Mau ngerumpiin bos, teman kerja, pejabat, sampe artis dan ustadz, gampang saja.

Mungkin bermula dari tanggapan atau respon terhadap sikap atau berita seseorang, tapi tetap saja, 'ngerumpi alias gosip alias ghibah' adalah membicarakan seseorang yang orang tersebut tidak suka jika mendengarnya.

Alasan diskusi? Wow kenapa bukan tema atau masalahnya saja yang didiskusikan dan dicari solusi yang benar?


Alasan 'ambil hikmah' atau pelajaran? Hmm, tidak perlu merujuk pada seseorang atau menyebut nama, kan? Dan tentu saja tidak perlu dibumbui 'SINIS'tis. Siapa yang mengulas hikmah, siapa yang akan mengambil pelajaran dan pelajaran apa yang akan diambil, sungguh harus dipikirkan masak-masak.

Sayangnya lidah itu begitu renyah dan punya ego yang begitu tinggi bila diingatkan orang lain.


BOHONG NGGAK NYADAR !!!

Yang ini contoh rekaan saja tentang betapa renyahnya berbohong.

Kalau ibu-ibu belanja di pasar tentu tawar menawar adalah hal biasa.

Ibu       : Pak berapa ini sekilo?
Penjual : Biasa bu, 8 ribu saja
Ibu       : Halah kok mahal, kemarin beli sekilo cuma enam setengah kok (bohong?)
Penjual : Ini sudah paling murah bu. Kalau segitu kulakannya saja nggak dapat. Rugi saya (bohong?)
Ibu       : Wong kecil-kecil gini lo, kemarin adik saya dapatnya besar-besar dan manis (bohong?)
Penjual : Ini jaminan manis semua bu, pokoknya top dah. Kualitas nomor satu (bohong?)

Masih banyak contoh-contoh lain yang seringkali spontan saja meluncur dari mulut kita soal kebohongan. Padahal satu kebohongan akan diikuti oleh kebohongan yang lain.

Hari gini kebohongan itu makin canggih, elegan dan mengesankan. Pencitraan terhadap suatu produk atau seseorang misalnya, minimal dengan menutup rapat kekurangannya dan melebih-lebihkan bahkan mengada-adakan kelebihannya.

Bagaimana dengan iklan bombastis? Iming-iming hidup sukses dengan cara mudah? Sangat sulit mengatakan kalau tidak ada bagian yang mengandung sedikitpun kebohongan disana.

Alasan marketing? Bahkan Rasulullah SAW berdagang dengan menginformasikan cacat atau kekurangan barang dagangannya.

Alasan bargaining agar konsumen tidak dikibuli? Jadi konsumen yang cerdas, kritis (beda dengan berbohong), dan kalau memang tidak cocok atau tidak berniat membeli tinggalkan saja tanpa harus mereka-reka alasan.

Kalau memang harus menawar ya ditawar saja sesuai perkiraan dan budget,  tidak perlu dengan berbohong atau mencela apalagi menyakitkan.

Mudah ataukah sulit?
Sulit ataukah mudah?

Saturday, June 4, 2011

Bangun Tidur

Ingat Do'a Akan Tidur?
100% yakin ingat. Bukankah dulu tiap malam emak ngelonin sambil mengajarkan do'a akan tidur? Bahkan mungkin sejak kita bayi, do'a akan tidur menjadi momen indah ibu-anak.

Ingat Do'a Bangun Tidur?
Berapa ya angkanya? 90 persen, 80 persen, 70 persen ......

Lanjut pertanyaan. Sudahkan setiap pagi mengucapkan Do'a Bangun Tidur?
Hemmm, 30 persen menjawab ya?

Baiklah saya akan berkisah tentang bangun tidur.

Ibu Maryam, sehabis masak siang itu merebahkan badannya sebentar di dipan. Satu jam kemudian terdengar dengkurannya. Pak Munir mendengar dengkuran istrinya dari balik pintu kamar. Namun lama-lama dengkuran itu terasa makin aneh di telinganya. Pak Munir masuk ke kamar dan mencoba membangunkan istrinya. Badan Ibu Maryam melorot dari bantal, dan sejak saat itu sampai di Rumah Sakit Ibu Maryam tidak pernah bangun kembali dari tidurnya.

Pak Hadi, seorang pejabat muda yang baru saja menempati rumah barunya dengan istri dan anak-anak. Pak Hadi berangkat tidur seperti biasa. Lewat tengah malam, sang istri di sampingnya membangunkan untuk sholat malam. Namun Pak Hadi sudah terkulai dan tak pernah bangun lagi.

Nanizar, pemuda tanggung yang aktif. Malam itu terpaksa harus tidur malam karena sederet kegiatan yang diikutinya. Menjelang shubuh ketika ia bangun, separuh badannya terasa mati dan sulit digerakkan kembali.

Bersyukur Saat Bangun Tidur

Ketika kita membuka mata, terbangun dari mimpi di pagi hari, cobalah rasakan ...

Alhamdulillaah....... berapa banyak orang yg tidak bisa melek lagi

Gerakkan jemari tangan dan kedua lengan... rasakan

Alhamdulillaah ....... berapa banyak orang yang bangun tidur tidak bisa menggerakkan tangan

Gerakkanlah kaki dan kedua tungkai... rasakan

Alhamdulillaah .... berapa banyak orang yang bangun tidur tidak bisa merasakan kakinya

Angkatlah badan dan rasakan

Alhamdulillaah ..... berapa banyak orang yang tidak bisa lagi mengangkat punggungnya

Berucaplah ....

"Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami sesudah kematian (tidur) kami dan hanya kepada Nya lah kami kembali"

Alhamdulillaah ternyata kita masih mendapati diri kita sama seperti saat sebelum tidur kita. Tidak berkurang sedikit jua .....

Thursday, June 2, 2011

Hak Jalan


The Kawinan

Musim kawinan, musim kondangan, atau sekedar acara ultah? Musim-musim itu identik dengan gerutuan pengguna jalan. Tutup sana tutup sini, macet sana macet sini. Gang sana gang sini, portal sana portal sini.

Bersyukur kalau hanya sehari. Di kampung depan rumah, Pak Haji yang menikahkan putri bungsu semata wayangnya bisa menutup jalan sampai 7 hari 7 malam. Ckckckck.. luar biasa sabarnya para tetangga yang rela mengambil jalan berputar dan menikmati (atau terpaksa menikmati) suara speaker yang berdentam-dentam.

Bersyukur yang diundang, pengguna jalan lain yang tidak diundang dan terburu-buru menuju tempat kerja merasa kecele dan bermuka masam karena harus berputar lebih jauh dan lama.

Seandainya acara bisa dibuat lebih sederhana mungkin cukup sampai halaman rumah. Kalau perlu tenda tambahan mungkin cukup menutup sebagian kecil jalan dan tidak menghalangi orang lain yang lewat. Kalau harus mengundang banyak orang tentu punya banyak dana, jadi kenapa tidak dianggarkan sewa gedung atau lapangan?

Baiklah bahwa walimah pernikahan itu sunah dikerjakan tapi bukankah Rasul tidak mensyaratkan kemeriahan dan apalagi mengabaikan hak jalan?

The Cangkrukan

Sore-sore di gang identik dengan ibu-ibu yang mengawani balitanya JJS (Jalan-Jalan Sore) sambil menyuapi makan. Kalau anak-anak berharap bertemu kawannya, para ibu berharap ketemu berita.

Mula-mula berdiri di pinggir, lama-lama kerumunan makin bertambah dan akhirnya harus mencari tempat duduk seadanya. Di batu-batu taman atau bahkan sudah tersedia bangku dan pos kamling (yang ini mengingatkan saya film Si Unyil. Pos Kamling adalah tempat favorit Pak Ogah nongkrong)

Namanya juga di rumah, tentu yang dipakai adalah baju rumah. Daster, baby doll, celana pendek, piyama, kaos oblong, kaos tanpa lengan, dll. Hmm... tentu saja yang berjilbab juga ada kok.

Cangkruk dan bicara ngalor ngidul tetap berlanjut meski sore hari lalu lintas para ayah pulang kerja dan para anak pulang sekolah tampak lebih padat. Belum lagi penjual koran sore, pedagang bakso, nasi goreng, sampai penagih utang pun berseliweran.

Soal cangkruk ini seorang teman pernah mengeluh. Saat suaminya keluar dari pintu rumah, tepat di seberang pagar rumahnya para ibu duduk-duduk di terasan taman menghadap tepat ke arah ia keluar. Kalau sudah pakai daster apalagi yang selutut atau di atasnya bisa dibayangkan bagaimana posisi duduk itu bisa menampilkan pemandangan yang tidak pantas. Astaghfirullaah... suami teman itu pun buru-buru mengalihkan pandang dan segera berlalu. Padahal episode cangkrukan seperti itu bisa terjadi setiap sore.

Hak Jalan

Soal hak jalan, ada baiknya kita simak hadits berikut ini:

Diriwayatkan dari Umar bin Khattab r.a, ia berkata, "Rasulullah saw. mendatangi kami pada saat kami duduk-duduk di pinggir jalan.

Lalu beliau bersabda, 'Janganlah kalian duduk-duduk di pinggir jalan ini sebab ini adalah majelisnya syaitan. Jika kalian enggan meninggalkannya maka tunaikanlah hak jalan.' Lantas Rasulullah saw. pergi.

Aku berkata, 'Rasululllah saw. bersabda, 'Tunaikanlah hak jalan dan aku belum bertanya apa hak jalan itu.' Maka akupun mengejarkan dan bertanya, 'Ya Rasulullah, anda katakan begini dan begitu, lalu apa hak jalan itu?' beliau menjawab, 'Hak jalan adalah menjawab salam, menundukkan pandangan, tidak mengganggu orang lewat, menunjuki orang yang tersesat, dan menolong orang yang teraniaya'," (Hasan lighairihi, HR ath-Thahawi dalam kitab Musykilul Atsar [165]).

Nah di era perumahan yang makin padat dan jalan yang makin sempit tentu hak jalan ini harus tetap kita hormati.

Kalau memang ada yang perlu dibicarakan, memilih bicara di dalam rumah tentu lebih baik. Kalau terpaksa harus menggunakan sebagian jalan, hak-hak jalan harus ditunaikan.

- Menjawab salam dari orang yang lewat (ini bagian dari menyapa dan beramah tamah)

- Menundukkan pandangan, sebab memelototi orang lewat bisa menimbulkan ghibah dan membuat orang lain sungkan untuk lewat

-Tidak mengganggu orang lewat, termasuk menggoda, cuit-cuit, berisik, melarang orang lewat, dan menampakkan aurat sehingga orang lewat tergoda menoleh

- Menyingkirkan hal-hal yang bisa mengganggu perjalanan misalnya batu, duri, paku, dan lain-lain

- Menolong orang dan menunjukkan jalan, kalau ada pemakai jalan yang jatuh, pingsan atau mungkin tersesat.

Bagaimanapun juga membuat jalan jadi aman dan nyaman dilewati setiap orang tentu lebih baik bukan.
Wallahu A'lam

Thursday, March 17, 2011

3C (CLBK, Cinlok, Cemburu) di Facebook

Tahu nggak kalau Syaithan sekarang makin canggih? Punya portal yang keren buat masuk dan menjerumuskan manusia? Menimbulkan wabah dan penyakit kronis yang eksaserbasi akut?

Sebut saja Facebook. Sarana komunikasi canggih ini kalau disalahgunakan alias 'Facebook Abused' bisa menjangkitkan penyakit-penyakit modern loh, infeksious, mematikan, atau jadi kronis dan 'uncontrolled' laksana karsinoma.

Tiga penyakit yang sudah teridentifikasi melalui laboratorium Facebook-ers antara lain:

CLBK

Nah penyakit yang ini pintu masuknya, bahasa kerennya "port d'entree", biasanya didahului dengan Search Friends. Pengen tahu kabar kawan lama, apalagi yang pernah 'punya hati'. Tentu saja kawan itu yang lawan jenis lah. Kalau udah ketemu mulai muncul rasa terkejut sekaligus senang, nah sebenarnya si Syaithan sudah mulai mengipasi sedikit.

Kalau sudah berteman di Facebook, biasanya lanjut chatting. Yah sekedar basa-basi menanyakan kabar. Berapa anaknya, kerja dimana dan sebagainya. Bisa juga via inbox, YM, atau bahkan lanjut di SMS dan telephone. Nah, si Syaithan mulai memutar film dan kenangan masa lalu. Ada yang lucu, menyenangkan, dan tentu saja ada yang pernah bikin dag dig dug kan? Namanya juga masa lalu.

Aksi selanjutnya adalah lihat-lihat profil, lihat-lihat foto, seperti apa ya dia sekarang? Sudah jadi apa?

Setelah itu adakah perasaan 'menyesal', 'senang' atau 'kasihan' dan 'sinis'?

Menyesal, kalau kawan lama itu terlihat lebih keren, terawat, dan sukses. Istri/suaminya keren dan anak-anaknya sehat dan manis. Plus rumah mewah, mobil, dan simbol kesuksesan lainnya. Lebih menyesal lagi kalau dulu jadi pihak yang menolak. Huhh, tahu gitu kenapa dulu nolak ya. Nah, perasaan inilah yang dihembus-hembuskan oleh Syaithan.

Senang, kalau ternyata si kawan lama jauh dari predikat sukses. Makin gembrot, kusam, anak-anak yang kumel (duh, saking menganggap lebih rendahnya), dan tidak memiliki simbol-simbol kesuksesan. Apalagi kalau dulu jadi pihak yang menolak. Bangga dengan diri sendiri dan pasangan mulai muncul. Oh, ternyata dirinya cuma segitu saja. Untunglah dulu tidak sampai kejadian. Begitulah yang ditiupkan Syaithan.

Bila perlu diungkapkan dengan Update Status seperti ini :

"Ketemu dengan mantan pacar SMP, eh ternyata dia kok gembul dan hitam gitu ya sekarang, bermutu (bermuka tua) lagi. Alhamdulillah masih ganteng n keren suamiku nih ... hihihihi...."

Dilanjutkan dengan puluhan komen dari teman-teman yang bercanda, mendukung dan ikut mengolok-olok, padahal mungkin kenal orangnya pun tidak. Nah, Syaithan pun mengundang orang lain untuk menambah dosa.

Tapi pernahkah terpikir bagaimana jika sebulan kemudian ternyata si kawan itu tiba-tiba dikaruniai kesuksesan? ('hitam'nya itu ternyata akibat kerja keras yang akhirnya membuahkan hasil). Punya modal berlebih untuk memperbaiki penampilan, bahkan akhirnya jauh melampaui pasangan? Apakah kemudian timbul penyesalan dan kekaguman? Nah, inilah pintu masuk Syaithan. Apalagi sudah kadung membuat status, pasangan (lagi-lagi yang terkipasi oleh Syaithan) bisa curiga "Kamu masih perhatian sama dia, ya". Runyam deh.

Kasihan, kalau ternyata kawan lama itu tidak bahagia. Mungkin pasangannya tidak bisa memberi anak, atau pasangannya bawel, jahat, menindas, dan lain-lain. Si dia mungkin curhat via inbox atau chatting. Mungkin awalnya pun hanya merasa simpati.

- Belum punya anak sudah ke dokter, pak? Saya punya kenalan dokter bagus.

- Sudah pernah sih. Masalahnya ada di istri nih. Gimana ya, istri juga tidak mau lanjut terapi..

- Masak sih pak? Apa emang nggak pingin punya anak?

- Masalahnya dia sibuk sama kerjaannya.. Senang ya jadi kamu, ibu rumah tangga yg baik, anaknya manis-
manis.. pintar masak lagi.... :p

- Lho, bukannya sampeyan suami yg baik? rajin bekerja gitu? hehehe ....

Nah, Syaithan sudah membujuk untuk saling memuji, lebih gawat lagi kalau curhat berlanjut dengan saling mengungkapkan kekurangan pasangan. Atau sebaliknya saling melebih-lebihkan pasangan? Tahu kan, seringkali orang menutupi kekurangan satu bagian dengan melebih-lebihkan bagian yang lain.

Sinis, kalau dulu jadi orang yang ditolak. Eh, ternyata istri/suaminya begitu saja ya. Ah, ternyata kehidupan si dia tidak lebih baik, syukurin! (duh kejamnya). Sinis juga bisa timbul karena perasaan 'kalah telak'. Ternyata istri/suami si dia pendidikannya lebih tinggi, pintar, punya status sosial tinggi, dan lain sebagainya.

Lalu Syaithan akan mengajak mengungkapkan kekesalan.

"Sebel banget sama perempuan itu. Sombong! Mentang-mentang dia bekerja sedang aku di rumah. Padahal nggak cantik deh. Tahu nggak dia kalau suaminya dulu naksir sama aku tapi aku tolak?"

Puluhan komen akan masuk, sekali lagi, bercanda, mendukung, bahkan ikut mengolok-olok. Dan sekali lagi Syaithan menang untuk mengajak orang lain bergabung. Bukankah Ghibah adalah membicarakan orang lain yang jika ia tahu ia tidak senang? Kalau itu benar namanya Ghibah dan kalau itu salah namanya Fitnah? (Al Hadits). Nah lo.

Tahu nggak kalau perasaan-perasaan itu sesungguhnya menunjukkan masih ada secuil benih 'perhatian' di hati? Bahaya sekali bila benih itu terus dipupuk-pupuk oleh Syaithan, bahkan memunculkan benih cemburu di hati pasangan. Pernahkan berfikir apa yang dirasakan pasangan kita jika tahu ada benih-benih itu? Cukup! Jangan diungkapkan dan jangan ditumbuhsuburkan. Biarkan ia mati merana dalam ruang hati yang paling gelap dan dalam.

CINLOK

Perhatikan pepatah Jawa ini "Tresna Jalaran Saka Ngglibet" (mohon ma'af bunyi aslinya diganti). Artinya cinta berawal dari 'ngglibet'. Susah  memang mencari padanan kata itu dalam Bahasa Indonesia. Ngglibet itu gambarannya seperti anak kucing yang minta perhatian dengan terus menempel dan berputar-putar di kaki. Sering kontak alias 'in touch'. Jaman sekarang tidak harus kontak fisik memang, tapi kalau hampir setiap hari chatting, inbox, Email, YM, SMS, dan lain-lain namanya tetap 'in touch' juga kan.

'In touch' itu mungkin berawal dari saling komen di status teman yang sama. Entah merasa se-ide atau ingin meluaskan pergaulan, akhirnya berteman dan berhubungan. Saling bertanya, saling mengenal, kemudian tumbuh rasa kagum, apalagi kalau dibumbui sanjungan (tahu kan, wanita paling lemah kalau disanjung), akhirnya memunculkan benih-benih yang lain.

Bila keduanya tergolong single, bisa jadi sarana perjodohan dan berakhir dengan pernikahan. Meskipun ada kasus yang justru berakhir dengan penipuan, perkosaan, bahkan pembunuhan.

Dan bila salah satu atau keduanya sudah mempunyai pasangan, rasa kagum dan cinta mendadak itu menutup mata keduanya menuju perselingkuhan. Na'udzubillaah.

CEMBURU

Soal yang satu ini Syaithan sungguh pintar menutup mata dan akal sehat. Coba simak kisah nyata berikut ini:

Udin, seorang lelaki beranak satu yang tinggal di seberang pulau, jauh dari keluarganya. Udin juga mempunyai akun Facebook seperti teman-temannya yang lain. Dengan begitu rasa kangennya akan kampung halaman bisa terobati.


Dan seperti orang muda lain, teman Udin cukup banyak, lelaki dan perempuan. Kebiasaan chatting atau saling komen, kadang bercanda bahkan saling menggoda. Rupanya sulit bagi si istri membedakan antara 'guyonan' dan 'beneran'. Api cemburu yang terpercik, makin menjalar dan membakar. Tak diayal lagi, pertengkaran pun pecah. 


Sayangnya pertengkaran yang dipicu hal kecil itu berakhir dengan hilangnya akal sehat Udin. Ia merasa tidak berdaya sebagai suami. Pilihannya jatuh pada sebotol racun serangga. Udin meminumnya!


Beruntunglah nyawa Udin tertolong. Kedua orangtua mereka pun harus datang jauh dari kampung halaman. Penyesalan sang istri dan Udin sendiri membawa kesadaran. Bahwa ternyata mereka masih saling cinta. Hanya Syaithanlah yang sempat merasuki mereka lewat pintu masuk Cemburu akibat Facebook.


"Jangan permainkan cinta. Jangan mainkan perasaan dalam rumah tangga." Sebuah nasihat bagus dari 'sesepuh' saat pernikahan dulu. "Jangan anggap remeh sesuatu yang bisa membahayakan cinta" yang ini sebuah nasihat dari suami tercinta.

Seyogyanya kita berhati-hati dengan canda dan guyon, termasuk dalam Facebook. Guyon alias bercanda bisa termasuk dalam 'Laghwun' (perkataan yang sia-sia). Guyon alias bercanda, apalagi pada lawan jenis, bisa menggelincirkan kita pada situasi yang berbahaya. Pertengkaran, putus silaturrohim, bahkan putusnya cinta.

Coba simak kuis-kuis di  Facebookyang yg tujuan awalnya hanya main-main. Contohnya :

"Tingkat kecocokan Udin dan Ulin adalah 99%"

"Bagaimana bila Udin menjadi pacar anda?" Ulin : Tidak Mau!!!

"Apa yang dilakukan Udin bila menyatakan cinta?" Ulin : Melempar sandal ke jendela!!!

"10 teman yang paling perhatian dengan anda adalah 1 Udin, 2 Fulan, 3 ....."

Sepintas tidak ada masalah dengan kuis-kuis itu karena semua Facebookers tahu itu hanya guyon semata.

Saling melempar komentar antara teman lawan jenis apalagi yang menjurus dan menyerempet-serempet, atau komentar-komentar yang begitu akrab seakan-akan berada bersandingan, atau komentar yang bernada guyon sekaligus 'nggodain', sepintas juga tidak ada masalah.

Tapi bila Udin dan Ulin masing-masing sudah memiliki pasangan, adakah kemungkinan pasangan akan terpicu perasaan cemburu? Bukankah Syaithan sangat halus menggelincirkan. Sekali perasaan itu terpantik, maka tanpa ampun ia akan membakar apa saja. Bahkan pikiran jernih pun telah hilang hanya untuk bisa menerima penjelasan yang sebenarnya.

"Ma, aku tidak ada hubungan apa-apa. Kami tidak pernah ketemuan, tidak perrnah telpon dan janjian"
"Pa, perempuan kawan Papa tu sok kemanjaan sih, sok akrab. Pengen rasanya Mama melabrak dan mencakar mukanya. Ngapain dia tiap-tiap hari nulis di wall Papa? Ngapain dia sok kasih-kasih nasihat ke Papa. Kegatelan ya .... bla.. bla... bla..."

Rasa cemburu tidak mengenal rasio. Rasa cemburu bisa tumbuh dari orang yang paling baik sekalipun. Jangan terlena dengan pasangan yang kita percayai sangat baik dan mencintai sepenuh hati. Ia pun bisa terbakar cemburu oleh hal-hal sepele.

"Suatu hari saya memakai cincin souvenir mutiara imitasi yang murahan. Suami yang sekilas melihatnya bertanya,
 - Cincin darimana, dik?
- Dikasih orang? jawab saya.

Spontan suami menahan pundak saya,

- Dik, tolong soal yang beginian jangan bercanda, sebab aku bisa salah sangka. Cincin yang aku berikan padamu sungguh sangat berarti bagiku.

- Eh, okh, memang benar ini pemberian orang. Teman kantor yang baru pulang dari Lombok membawa oleh-oleh cincin banyak sekali. Semua teman satu kantor dibagi. Jadi aku pikir aku memakainya untuk menghargai teman itu saja.

Dan saya memilih melepas cincin itu. Bukankah mata orang cemburu tidak bisa membedakan cincin murahan dan cincin mahal?"

So ... Be Wise With Your Facebook!

(Inspired by Facebookers and Asma Nadia "Sakinah Bersamamu")

Friday, February 4, 2011

Dari Negeri 5 Menara ke Ranah 3 Warna

Kalau saja seluruh jari tangan saya jempol semua, dengan senang hati akan saya acungkan semua untuk novel trilogi ini (buku ketiga masih dalam proses penulisan). Meski begitu banyak novel trilogi dan novel-novel yang lain, saya punya alasan kenapa harus memilih novel karya A.Fuadi ini.

Negeri 5 Menara

Dibuka dengan kisah seorang bujang Minang bernama Alif Fikri dan latar belakangnya sampai harus 'mondok' di Pondok Madani (terinspiras dari Pondok Modern Gontor, Ponorogo, Jawa Timur).
Kisah selanjutnya adalah perjuangan seorang penuntut ilmu yang dididik dengan kultur kedisiplinan tinggi di PM. Nasib yang sama melahirkan sebuah ikatan persahabatan 5 anak muda penuntut ilmu. Mereka menamakan diri mereka Sahibul Menara.

Persahabatan Sahibul Menara membuat awan-awan yang berarak di sore hari di bawah menara masjid PM membentuk impian mereka.
Dengan kekuatan mimpi, mantra Man Jadda Wajada sesuai pesan para Kiai, dan perjuangan tak kenal lelah, para Sahibul Menara meraih impian masing-masing.
Lima menara menggambarkan lima negara berbeda tempat mereka berada dan mewujudkan mimpi-mimpi itu.

Ranah 3 Warna

Kelanjutan dar Negeri 5 Menara yang lebih detail menggambarkan perjuangan Alif Fikri dalam proses meraih mimpinya pasca kelulusan dari PM. Kuliah di Unpad dengan uang saku pas-pasan, jatuh bangun bertahan hidup, kehilangan ayah dan cobaan bertubi-tubi lainnya, hingga nasib persahabatannya dengan Randai (sahabat masa kecilnya).
Dalam ujian hidup yang mencapai hingga titik terendah itu membuat Alif Fikri tersadar akan mantra kedua Man Shabara Zhafiira.

Buah dari kesabaran Alif Fikri terasa manis ketika ia akhirnya menjadi penulis dan nasib membawanya ke Kanada, Amerika (benua impiannya), dan bertemu dengan sahabat-sahabat baru dari negeri yang sama sekali berbeda. Dibumbui dengan kisah percintaan khas anak muda tapi santun dan penuh hikmah, khas pesantren.

Ranah 3 warna menggambarkan tanah yang diinjaknya pada tiga negara yang berbeda dengan tiga warna yang berbeda pula.

Inspirasi Kisah Nyata

Yang menarik dari novel ini adalah bahwa seluruh kisahnya terinspirasi pada kisah nyata termasuk sosok Sahibul Menara. Tentu saja pengembangan cerita dibuat agar lebih menarik.

Seluruh anggota Sahibul Menara pernah diwawancarai di acara televisi Kick Andy Show. Dalam wawancara itu makin terkuaklah perjuangan mereka meraih mimpi yang tidak pernah begitu mudah. Bila harus dituliskan semua, maka kisah-kisah itu tidak akan cukup digoreskan hanya dalam bentuk Novel Trilogi.

Lantas apa yang membuat berbeda novel ini dengan novel yang lain semacam Harry Potter yang sangat laris itu?

Simaklah 3 alasan saya:
  1. Novel ini ditulis A. Fuadi (mantan wartawan Tempo dan VOA) dengan menggabungkan fiksi dan jurnalistik. Saya yakin sekali riset pun dilakukan dalam proses penulisannya untuk mendapatkan nama yang akurat dan data yang shahih. Novel ini tidak ditulis hanya berdasarkan ingatan dan perasaan saja, tapi sangat terasa nilai jurnalistiknya seperti kita membaca laporan pandangan mata sebuah peristiwa penting.
  2. Banyak pengetahuan dan wawasan baru yang bertebaran di setiap halaman. Jadi membaca novel bukan hanya sekedar mengikuti kisahnya tetapi sekaligus belajar dan mendapatkan hal-hal baru. Membaca novel tidak hanya menikmati bahasa sastra tetapi sekaligus ada nilai lebih yang bisa kita ambil
  3. Inspirasi dan motivasi yang dihembuskan sangat terasa. Novel ini tidak hanya menyajikan kisah mendayu begitu saja tetapi ada misi yang ingin disampaikan penulis. Dan misi itu bukan hanya berdasarkan pergulatan pemikiran tokohnya saja tetapi memiliki dasar yang kuat dan dapat dipertanggungjawabkan. Begitu banyak novel yang sangat imajinatif, alur kisahnya yang memukau dan cara bercerita yang indah, tetapi berapa banyak inspirasi dan hikmah yang bisa kita ambil dari sebuah novel? Bahkan motivasi yang dihembuskan mampu mengubah hidup seseorang? Novel inilah salah satunya.
Ketika membaca novel ini saya membayangkan itu adalah kisah nyata. Tetapi kadang muncul pertanyaan, mana yang nyata dan mana yang pengembangan cerita? Seperti halnya kisah Randai (yang digambarkan cenderung antagonis). Kalau saja tokoh Randai itu nyata, apakah beliau tidak tersinggung? Rupanya saya perlu bertanya langsung kepada penulisnya, A.Fuadi, termasuk kisah cinta itu.

Awalnya ..

Suami yang menunjukkan novel Negeri 5 Menara pertamakali.
"Dik, ini ada kisah tentang Gontor (Pondok Modern Gontor), kayaknya sampeyan perlu baca deh biar ada gambaran"
"Hmmm, dan Hanif juga mungkin perlu baca" lanjut suami.

Ya, berawal dari pencarian info tentang PM Gontor yang menarik bagi si anak sulung kami itulah asal muasal pertemuan kami dengan Negeri 5 Menara, setelah sebelumnya bertanya-tanya pada keponakan yang alumni PM dan majalah terbitan PM.

Dan darinya kami tidak lagi ragu menanamkan mimpi tertinggi pada anak-anak tentang hidup masa depan yang lebih baik. Ke PM, siapa takut? Ke luar negeri, siapa takut?


Wednesday, October 13, 2010

Siap-siap Haji Yuk! (pengalaman pribadi berhaji bersama JM)



Nomor Porsi sudah di tangan, kepastian berangkat sudah didapat. Tahun 2007 itu adalah momen yang sangat indah bagi saya dan suami. Allah mengabulkan keinginan kami untuk berhaji bersama.

Soal bimbingan ibadah haji, kami menjatuhkan pilihan ke KBIH Jama'ah Maskumambang (JM) di Ponpes Maskumambang Dukun Gresik pimpinan Bpk KH. Nadjih Ahjad. Pertimbangan utama adalah karena sampai saat ini masih konsisten melaksanakan Hajjatur Rasul, disamping biaya yang terjangkau dan tidak berkesan matre (tahu kan kalau bimbingan haji bisa jadi lahan bisnis yang manis).

Nah saya akan berbagi tips-tips persiapan menuju Tanah Suci Mekkah untuk para CJH Indonesia:

1. Persiapan Ilmu.

Pahami benar urutan dan tatacara ibadah haji, jangan menggantungkan kepada pembimbing karena kita harus melakukannya sendiri. Pelajari dan hafalkan do'a - do'a yang perlu antara lain:
  • Do'a masuk dan keluar masjid
  • Do'a melihat ka'bah
  • Do'a saat thawaf saat berada antara Rukun Yamani dan Hajar Aswad
  • Do'a minum air zam-zam
  • Do'a saat menuju bukit shafa untuk memulai sa'i
  • Do'a sa'i saat berada di bukit shofa dan marwah
  • Do'a sesudah melempar Jumrah
  • Do'a saat wukuf di Arafah
Jangan membebani diri dengan do'a-do'a yang panjang dan bermacam-macam tanpa kita tahu maksudnya. Selama Thawaf dan Wukuf kita boleh berdo'a apa saja dengan bahasa apa saja sesuai dengan permintaan kita pada Allah SWT.

Disamping itu kita perlu memperbaiki sholat kita dan memahami bacaan-bacaannya, jangan lupa mempelajari kembali sholat Jenazah karena ketika sholat di Masjidil Haram Makkah maupun Madinah imam sering melanjutkannya dengan sholat ini.

2. Persiapan fisik dan mental

Karena ibadah haji adalah ibadah yang sangat mengandalkan fisik maka sejak dari tanah air kita sudah harus mempersiapkannya.
  • Memperbanyak berjalan kaki. Selama ibadah haji nanti kita akan lebih banyak berjalan. Mulailah latihan berjalan kaki secara bertahap setiap harinya, cukup selama 20-30 menit. Selanjutnya perlahan-lahan ditingkatkan sampai tercapai target 3-5 km
  • Makan makanan sehat dan bergizi, memperbanyak asupan vitamin seperti buah dan sayuran serta memperbanyak konsumsi air putih. Saat di Mekkah nanti, tetap memperhatikan keseimbangan pola makan disamping memperhatikan kebersihan makanan. Banyak sekali orang berjualan makanan matang dan menyediakan air putih gratis. Pilihlah yang terjaga kebersihan dan kualitasnya.
  • Menata hati dan banyak beribadah serta memohon kemudahan pada Allah SWT. Saat kita beribadah haji nanti seluruh atribut dan gelar akan kita tinggalkan, tidak peduli apakah kita pejabat, pimpinan ataukah karyawan. Karena itu mental harus dipersiapkan.
3. Persiapan perbekalan.

Biasanya bagian ini cukup menyita waktu dan pikiran. Hal itu didorong rasa khawatir yang berlebihan. Berikut beberapa tips yang bisa saya bagikan:
  • Bila anda berangkat berdua dengan suami atau berombongan dengan anggota keluarga lain, berbagi tugas lah soal barang apa saja yang harus dibawa. Bila berdua dengan suami, koper bisa dibagi, satu koper khusus untuk pakaian, dan koper yang lain untuk bekal makanan dan perlengkapan
  • Bawalah pakaian secukupnya tidak usah berlebihan. Misalnya, untuk suami 3 potong kain ihram, 3 baju koko, 3 celana panjang, dan satu sarung. Sedangkan untuk istri cukup membawa 3 stel baju dan kerudung, karena baju ihram untuk wanita boleh apa saja dan tidak harus berwarna putih. Bawalah kerudung lebar sekaligus untuk sholat di masjidil haram.
  • Seprei kecil kadang diperlukan untuk mengganti seprei pondokan.
  • Tikar untuk digunakan di Arafah, Mina, dan Muzdalifah bisa dibawa dari tanah air atau dibeli di Mekkah (jangan khawatir, banyak yang berjualan) termasuk tali rafia atau tali plastik untuk jemuran.
  • Perlengkapan mencuci seperti ember dan gayung bisa dibeli di Mekkah. Biasanya para petugas kebersihan pondokan menawarkan barang-barang ini.
  • Jangan lupa membawa kaus kaki secukupnya dan baju hangat karena pada musim dingin di Madinah suhu bisa mencapai 17 derajat celcius bahkan kurang.
  • Sandal jepit secukupnya dan jangan lupa diberikan tanda (kira-kira 5 pasang sudah mencukupi untuk berdua)
  • Peralatan mandi dan sabun tanpa wangi-wangian untuk mandi saat ihram (biasanya memakai sabun hijau). Pada hari-hari di luar ihram pakailah sabun dengan kandungan pelembab tinggi (sabun bayi) untuk menjaga kelembaban kulit agar tidak mudah iritasi.
  • Pelembab kulit dan bibir (bisa juga membelinya di Mekkah) biasanya yang mengandung minyak zaitun lebih baik
  • Benda tajam spt gunting, gunting kuku, pisau lipat kecil, dan peralatan cukur harus ditempatkan dalam koper sesuai aturan penerbangan. Jangan membawanya dalam tas jinjing atau saku baju
  • Peralatan masak misalnya: Rice Cooker kecil, wajan kecil, water heater, piring, gelas dll yang mudah pecah, ditempatkan sedemikian rupa sehingga akan terlindung dari goncangan saat pengangkutan koper.
  • Tidak perlu membawa perlengkapan seperti kompor listrik, karena membeli di Mekkah lebih murah dan semua peralatan elektronik di Mekkah pemakaian watt listriknya lebih tinggi.
  • Bawalah Kabel sambungan dengan kapasitas kabel besar dan kualitas baik agar tidak gampang meleleh karena arus listrik di Mekkah sangat besar, berbeda dg di Indonesia. Steker di Mekkah biasanya memakai steker dengan 3 lubang, bila perlu bawalah konverternya.
  • Bisa membawa beras secukupnya, sebenarnya membeli di Mekkah pun ada tapi biasanya dari segi rasa lebih enak membawa dari Indonesia
  • Membawa makanan siap makan yang awet sangat berguna terutama bila sedang di Mina dan Madinah. Makanan seperti serundeng, abon, teri goreng, ikan asin goreng, sambal pecel dsb bisa menambah selera makan karena biasanya makanan katering rasanya agak membosankan.
  • Mie dari Indonesia bisa jadi sajian yang luar biasa nikmat dan pengobat kangen tanah air. Mie Indonesia yang masuk ke supermarket di Mekkah harganya lebih mahal dengan pilihan terbatas.
  • Kalau ibu-ibu yang suka masak sendiri (karena di Mekkah pun sayuran mudah didapat termasuk ikan segar pun ada, tentu dengan jenis terbatas) bisa membawa bumbu2 instan atau bumbu2 kering.
  • Minuman Jahe instan yang diseduh bisa menambah kehangatan di Madinah pada musin dingin.
  • Bawalah juga kantong plastik untuk berbagai keperluan. Termasuk kantong plastik besar dengan karet untuk membawa bekal air zam-zam ketika pulang dari masjid. Soalnya kalau kita masuk ke dalam masjid tidak diperbolehkan membawa botol-botol minuman untuk mengambil air zam-zam.
  • Masker sangat diperlukan. Biasanya pemerintah membekali kita dengan masker, tapi tidak salahnya kita menambah lagi dengan bekal sendiri dengan jumlah yang cukup. Pilihlah masker yang disposible atau sekali buang. Masker yang digunakan untuk operasi (bisa dibeli di apotek) lebih baik karena lebih kuat dan pori-pori lebih kecil sehingga mampu menjadi pelindung terhadap kuman. Pakailah masker dimanapun termasuk di dalam masjid kecuali saat dalam keadaan ihram.
  • Siapkan obat-obatan pribadi dengan jumlah yang cukup. Daftar obat yang dibawa harus ditulis di buku kesehatan haji (warna hijau) dan ditanda tangani oleh Dokter Kloter. Termasuk obat-obatan penunda haid
  • Bila ingin menunda haid selama ibadah haji, sebaiknya beberapa bulan sebelum keberangkatan haid sudah diatur sehingga tidak terjadi kegagalan. Hubungilah dokter langganan anda untuk melakukan persiapan tersebut.
Selamat beribadah Haji tahun ini, semoga diberi kelancaran dan kemudahan oleh Allah SWT dan semoga tips-tips dari saya bermanfaat. Amin

Tuesday, October 12, 2010

KETAPEL FOREVER



Sejak SD saya sangat tertarik dengan pelajaran IPA alias Sains. Sayangnya jurus merapal pun masih digunakan dalam pelajaran ini.

Contoh soalnya seperti ini :

Sebutkan contoh energi potensial gravitasi! Apel yang dijatuhkan dari atas menara pisa dan air terjun. (padahal saya tidak tahu menara pisa dan belum pernah melihat air terjun)

Sebutkan contoh energi potensial pegas! Ketapel dan karet gelang. (nah yang ini sehari-hari pasti saya lihat).

Berpuluh-puluh tahun kemudian saya menemukan soal yang sama pada lembar tugas anak saya yang bersekolah di SD favorit yang mengintegrasikan ilmu umum dan ilmu agama secara terpadu.

Sebutkan contoh energi potensial pegas! Dan jawaban anak saya seratus persen benar, persis jawaban saya 20 tahun yang lalu. KETAPEL dan KARET GELANG!
Saya tanya pada anak saya "Kok contohnya ketapel sih?"
"Iya, kata ustadzah begitu. Di buku juga ada, bu"
Saya cari-cari di bukunya memang ada gambar ketapel lengkap dengan batu kecil yang siap ditembakkan.
"Kamu pernah lihat ketapel? Ustadzah pernah bawakan ke sekolah?" tanya saya lagi.
"Eng.. nggak. Emangnya ketapel itu kayak gimana sih. Dipake buat apa?" ganti anak saya yang bertanya.
Mungkin memang dia sudah memendam pertanyaan itu dan hanya berputar-putar di otaknya persis seperti saya. Mungkin juga ustadzahnya sudah menjelaskan dengan gambar dan dengan kata-kata (sekali lagi 'dengan kata-kata') seperti ketapel adalah sebuah cerita semenarik Ali Baba.

Saya bawa anak saya berkeliling rumah. Saya pegang handle pintu.
"Ini contoh pegas, di dalamnya ada per supaya kamu bisa memutarnya seperti ini."
Anak saya pun mencoba-coba dan memahami sesuatu yang mungkin tidak pernah dipikirkannya. Saya bawakan ballpoint, bongkar, dan menemukan sebuah per alias pegas di sana. Saya bawakan staples, saya biarkan ia mencoba menyatukan kertas dan mengisi kembali isinya yang sudah kosong. Tentu saja dengan mudah ia bisa melihat pegas di sana. Inilah komentar anak saya, "Wah, ternyata contoh pegas banyak sekali ya di rumah kita"

Dan ketapelnya? Tentu saja saya tidak punya. Dan saya tidak perlu berusaha keras mencarinya. Anak saya sudah cukup puas. Dan antara lain supaya mindset ketapel turun temurun itu terputus sampai di sini saja. Bayangkan kalau anak saya nanti jadi guru kemudian menulis buku pelajaran dan sampai pada contoh energi pegas, dia akan spontan menurunkan lagi ilmunya, ketapel. Trus salah satu muridnya juga jadi guru dan mengajarkan ketapel. Jadilah mata pelajaran Sains SD, ketapel forever!

Tulisan Terkait
Sekolah 'Merapal'

SEKOLAH 'MERAPAL'

Sejak saya masih sekolah di SD saya termasuk jago kandang, artinya selalu menyandang juara kelas di sekolah saya sendiri. Penyebabnya antara lain karena saya termasuk sukses 'merapal'. Kayak dukun? Tentu saja wong tiap mau ulangan mulut saya senantiasa komat-kamit. Bukan merapal mantera lo, tapi merapal sekian tumpuk buku catatan dan buku pelajaran.

Zaman saya masih sekolah itu, semua guru, mata pelajaran, dan sistem sangat mendukung saya jadi ahli 'merapal'. Kalau guru menyebut pipa Toricelli, maka saya yang sebenarnya tidak puas itu, menggugat, "Pak, contohnya kayak gimana sih?"
"Itu, ada gambarnya. Lihat saja di halaman ini," kata pak guru membolak-balik bukunya.
"Sekolah punya nggak, pak?"
"Nggak ada, nggak pernah dapat dari pak menteri"
"Kalau kompas ada nggak? saya juga pingin lihat" kejar saya
"Mungkin dulu pernah, sepertinya ada di lemari. Coba nanti saya cari dulu, ya"
"Kalau Labu Erlenmeyer boleh dipinjam nggak?" saya terus mengejar sampai si guru terengah-engah dan kepepet hampir njedog tembok.
"Eh, anu, seingat bapak sih sudah pecah semua. Habis sudah lama sih"
Saya mendekati beliau perlahan-lahan, berhenti tepat di depan mukanya.
"Bapak sudah pernah lihat Tabung Toricelli itu?" tanya saya menghujam tepat di jantung.
"Ssss ... ssudahh...," jawab pak guru.
"Dimana pak?" tanya saya lagi lebih lembut dan penuh harap.
"Ya... ya.. ya di buku itu," kata beliau lebih lembut dari saya, menunjuk pada buku yang sudah dikepitnya di ketiak.
"Kalau gitu bapak juga gak pernah kenal sama Pak Toricelli itu?" pertanyaan saya jadi makin hambar.
"Ya tentu saja tidak! Wong orangnya sudah mati!" pak guru berteriak keras di telinga saya kemudian ngeloyor pergi.
"Pak, jadi gimana saya belajarnya?" saya berteriak tidak kalah kerasnya.
"Ya dibaca saja terus dihafalkan. Besok ulangan!" Teriakan terakhir tertelan udara.

Hehe .. sebenarnya dialog itu tidak pernah terjadi. Tapi berputar-putar dalam otak khayalan saya. Terutama kalau saya tidak paham dengan sebuah pelajaran. Dengan begitu saya punya alasan sangat baik untuk bekerja keras 'merapal'.

Tulisan Terkait

KETAPEL FOREVER


SEKOLAH OTAK KIRI?

'MERAPAL' AGAMA

Friday, October 8, 2010

Hajjatur Rasul: Mengerjakan Haji Tamattu' Untuk CJH Kloter Gelombang Kedua




Calon Jama'ah Haji Indonesia yang masuk dalam kloter gelombang kedua adalah yang langsung menuju Mekkah untuk menunaikan ibadah umrah kemudian haji. Sesudah selesai prosesi ibadah haji nantinya baru ziarah ke kota Madinah.

Indonesia terletak di arah tenggara dari kota Mekkah. Rombongan CJH yang terbang dari Indonesia tidak langsung mendarat di kota Mekkah, akan tetapi harus menuju kota Jeddah dan mendarat di Bandara Udara King Abdul Azis di kota tersebut.

Kota Jeddah sendiri terletak di sebelah barat kota Mekkah, itu artinya rombongan CJH dari Indonesia harus melewati kota Mekkah dahulu sebelum sampai ke Jeddah, dan berarti pula telah melewati miqat (batasan tempat untuk memulai niat dan amalan umrah dan haji) yang ditentukan bagi orang Indonesia yaitu Qarnul Manazil atau yang sejajar dengannya.

Berikut urutan cara mengerjakan Haji Tamattu' bagi CJH Indonesia yang berangkat pada kloter gelombang kedua sesuai dengan Hajjatur Rasul dan perbedaannya dengan Jama'ah Indonesia pada umumnya :
  • Di Asrama Haji Embarkasi sudah melakukan persiapan untuk penerbangan dan persiapan untuk ihram yaitu mandi dan memakai wangi-wangian (bagi kaum lelaki). Pakaian ihram dikenakan sejak dari asrama haji agar tidak menyulitkan ketika harus berganti pakaian di atas pesawat.
(Jama'ah Indonesia pada umumnya akan mandi dan memulai ihram setelah mendarat di Jeddah)
  • Di dalam pesawat, kira-kira satu jam sebelum pendaratan di Bandara King Abdul Azis, bersiap-siap memulai ihram. (Biasanya pilot pesawat melalui monitor akan mengumumkan bila pesawat telah berada di atas miqat, atau ketua rombongan dapat mengajukan permintaan pada pilot untuk memberitahukan hal tersebut)
  • Ketika hampir tiba di Miqat, yaitu Qarnul Manazil atau yang sejajar dengannya), memulai ihram dengan berniat dalam hati untuk berihram untuk umrah dengan mengucapkan : Labbaika 'Umratan, kemudian diteruskan dengan talbiyah secara berulang-ulang dengan suara yang sedang agar tidak mengganggu Jama'ah lain. Kalimat Talbiyah tidak perlu diucapkan berkelompok, akan tetapi masing-masing mengucapkan sendiri dan tidak harus dalam irama yang sama.
(Jama'ah Indonesia pada umumnya belum memulai ihram dan kalimat Talbiyah pada umumnya diucapkan berkelompok dengan dipimpin oleh satu orang kemudian ditirukan yang lain)
  • Di bandara King Abdul Azis Jeddah, tertib dan tenang menunggu saat pemberangkatan menuju kota Mekkah menggunakan jalur darat sejauh kira-kira 110 km dengan tetap selalu mengumandangkan talbiyah
(Jama'ah Indonesia pada umumnya di bandara Jeddah ini sibuk mandi dan berpakaian ihram untuk kemudian berniat umrah. Catatan : Dalam buku-buku dan VCD petunjuk ibadah haji yang dibagikan oleh Pemerintah Arab Saudi tidak menganjurkan memulai ihram di bandara Jeddah ini, bahkan ada satu contoh dalam VCD orang berihram dan berniat umrah di atas pesawat ketika telah sampai pada miqat)
  • Tiba di kota Mekkah, beristirahat secukupnya kemudian menentukan waktu memulai ibadah umrah, berangkat dari pondokan. Baju ihram terus dikenakan sampai prosesi umrah selesai, boleh mandi dan boleh menukar dg baju umrah lain bila kotor atau terkena najis.
  • Umrah haji hanya perlu dilakukan satu kali saja yaitu saat tiba di Mekkah sebelum waktu prosesi haji dimulai (Haji Tamattu').
(Beberapa Jama'ah Indonesia melakukan umrah berkali-kali, lazim disebut Umrah Makiyah, sambil menunggu waktu prosesi haji)

MENGERJAKAN UMRAH HAJI
  • Berangkat dari pondokan dengan tertib menuju Masjidil Haram sambil terus mengulang-ulang kalimat Talbiyah
  • Beridlthiba' (meletakkan bagian tengah kain di bawah ketiak kanan dan menaruh ujung-ujungnya di pundak kiri sehingga pundak kanan terbuka dan pundak kiri tertutup, khusus untuk laki-laki) kemudian masuk masjid melalui pintu Babussalam dan membaca do'a masuk masjid dan do'a ketika melihat Ka'bah
  • Menuju garis coklat (tanda lampu hijau) di sudut Hajar Aswad untuk memulai Thawaf. Thawaf ini disebut Thawaf Qudum atau permulaan. Idlthiba' hanya dilakukan pada saat thawaf Qudum saja, selanjutnya kain ihram diselimutkan biasa termasuk ketika beribadah haji. Pada hari-hari selanjutnya boleh melakukan Thawaf berkali-kali sebanyak yang kita mampu.
(Beberapa Jama'ah Haji terus saja beridlthiba' ketika memakai pakaian ihram termasuk saat prosesi haji)
  • Selesai Thawaf, menuju belakang Maqam Ibrahim untuk menunaikan sholat 2 rokaat kemudian meminum air zam zam sambil membaca do'a
  • Menuju tempat Sa'i dimulai dari bukit Shafa dan melakukan Sa'i antara bukit Shafa dan Marwah sebanyak 7 kali berakhir di bukit Marwah.
  • Tahallul dengan cara memotong sebagian rambut kepala. Dengan demikian telah kembali dalam keadaan halal seperti sebelum ihram. Semua larangan ihram sudah tidak berlaku lagi.
  • Dilanjutkan dengan beribadah dan beraktivitas biasa menunggu saat prosesi Haji dimulai.
MENGERJAKAN HAJI



  • Prosesi Haji dimulai pada hari Tarwiyah yaitu tanggal 8 Dzulhijjah. Mempersiapkan diri mandi, memakai wangi-wangian (khusus lelaki), dan memakai baju ihram. Miqat haji dilakukan di Mekkah atau di pondokan. Saat telah berada di atas kendaraan berniat ihram haji dengan mengucapkan LABBAIKA HAJJAN dilanjutkan dengan mengulang-ulang kalimat Talbiyah
  • Menuju Mina dan melakukan mabit disana pada malam hari Arafah tersebut.
(Pada umumnya Jama'ah Haji Indonesia tidak melakukan mabit di Mina ini, akan tetapi langsung menuju Arafah / tempat wukuf dan bermalam di sana)
  • Setelah sholat shubuh tanggal 9 Dzulhijjah keesokan harinya, bersiap menuju Arafah
  • Sampai di Arofah tidak langsung masuk tempat wukuf akan tetapi berada di Masjid Namiroh atau Wadi 'Uronah yang berada di luar batas Arofah.
(Catatan: saat ini hal tersebut sulit dilakukan yaitu berada di masjid Namiroh atau Wadi 'Uronah karena rute bis Jama'ah Indonesia langsung menuju tempat wukuf dan tidak melewati masjid tsb)
  • Saat masuk waktu Dhuhur mendengarkan khutbah kemudian sholat berjama'ah Dhuhur dan Ashar berjama'ah yang dijama' qashar (digabung dan diringkas). Setelah sholat baru memasuki tempat wukuf yang telah disediakan.
  • Di tempat wukuf berdiam diri di dalam tenda dan memperbanyak do'a dan membaca alqur'an
(Beberapa Jama'ah Haji kadang berjalan-jalan selama waktu wukuf tanpa keperluan, termasuk berfoto-foto)
  • Meninggalkan Arofah setelah matahari terbenam untuk menuju Muzdalifah. Sholat maghrib dan Isya' dilakukan di Muzdalifah
  • Sampai di Muzdalifah sholat Maghrib dan Isya' Jamak qashar secara berjama'ah. Selesai sholat istirahat dengan tenang dan tidur. Untuk orang-orang yang lemah fisik dapat meninggalkan Muzdalifah setelah bulan tenggelam. Sedangkan Jama'ah lain tetap berada di Muzdalifah sampai waktu shubuh tiba.
(Pada umumnya Jama'ah Haji Indonesia sudah meninggalkan Muzdalifah setelah lewat tengah malam meskipun bukan termasuk golongan yang lemah secara fisik)
  • Setelah sholat shubuh berdiam diri dan berdo'a sampai matahari terbit kemudian berangkat menuju Mina. Kerikil untuk melempar Jumrah diambil di Muzdalifah atau dimana saja di Mina.
  • Sampai di Mina (hari Nahar) menuju Jumrah Aqabah dan melontarnya sebanyak 7 kali sambil bertakbir kemudian mengucapkan do'a. Waktu untuk melempar Jumrah Aqabah adalah setelah matahari terbit pada hari Nahar sampai sebelum tengah malam.
(Ada beberapa Jama'ah Indonesia yang melempar Jumrah setelah kembali dari Muzdalifah malam hari sebelum matahari terbit dengan alasan mencari waktu yang longgar dan sepi)
  • Setelah melempar Jumrah, Tahallul Awwal dengan cara mencukur habis (pada laki-laki) atau memotong sebagian rambut kepala. Tahallul Awwal berarti sudah boleh melepas baju ihram dan terbebas dari larangan-larangan selama ihram kecuali menggauli istri.
  • Penyembelihan Hadyu (binatang sembelihan untuk dam) biasanya telah diatur oleh rombongan untuk waktu penyembelihannya.
  • Menuju Makkah untuk melakukan Thawaf Ifadhah dilanjutkan sa'i haji. Setelah selesai Thawaf Ifadhah berarti sudah bisa disebut Tahallul Tsani, artinya segala larangan ihram sudah tidak berlaku lagi dan sudah boleh menggauli istri. Usai Thawaf kemudian kembali ke Mina sebelum tenggelam matahari.
(Catatan: Bila tidak memungkinkan misalnya kepadatan Mekkah saat Thawaf Ifadhah bisa membahayakan jama'ah atau takut tidak dapat kembali ke Mina tepat pada waktunya, Thawaf Ifadhah boleh dikerjakan tidak sesuai urutan. Yaitu setelah meninggalkan Mina menuju Mekkah pada hari Tasyrik)
  • Melempar 3 Jumrah (Ula, Wustha, dan Aqabah) di Mina pada hari-hari Tasyrik (11,12, dan 13 Dzulhijjah. Waktu untuk melempar Jumrah adalah Ba'da Dhuhur (setelah dhuhur) sampai sebelum tengah malam.
(Pemerintah Indonesia memberi Jadwal melempar Jumrah dengan alasan untuk mengurangi kepadatan. Jadwal melempar kadang bisa dini hari atau pagi hari. Kebanyakan Jama'ah mengikuti jadwal ini meskipun seharusnya belum masuk waktunya)
  • Bila menghendaki dapat meninggalkan Mina pada tanggal 12 Dzulhijjah setelah melempar jumrah. Hal ini disebut Nafar awwal. Akan tetapi Rasulullah saw meninggalkan Mina setelah melempar jumrah pada tanggal 13 Dzulhijjah.
(Kebanyakan Jama'ah Indonesia memilih Nafar Awwal)
  • Jama'ah tetap tinggal di Mekah sampai saat menjelang meninggalkan Mekkah menuju Madinah. Sebelum meninggalkan Mekkah melakukan Thawaf Wada' (Thawaf Perpisahan)

(Disarikan dari KITAB HAJI tulisan KH. Nadjih Ahjad, pimpinan Ponpes Maskumambang Gresik)

Tulisan Terkait:
Hajjatur Rasul, Ibadah Haji Cara Rasulullah SAW

Thursday, August 19, 2010

Lebih Sayang Mana ?



Kalau kita lemparkan pertanyaan di atas pada seorang wanita yg sudah menyandang gelar Nenek, selengkapnya pertanyaan itu menjadi "Lebih sayang mana, anak atau cucu?"
Bisa dipastikan jawabannya adalah cucu.

Tak terkecuali nenek Andi. Sang nenek meminta ibu Andi, anaknya tetap tinggal bersamanya lantaran tak rela jika si cucu harus diasuh oleh pembantu atau baby sitter. Apalagi Andi adalah cucu pertama.

Begitu juga nenek Syifa yang rela hati meninggalkan sang kakek di rumahnya demi merawat dan menunggui Syifa karena ibu Syifa harus bekerja seusai cuti melahirkan. Kakek pun harus ikhlas untuk menunjukkan rasa sayangnya pada sang cucu, meski hanya beberapa hari dalam sebulan saja dijenguk istrinya.

Lain lagi dengan Rahma. Ibu Rahma yg bekerja di kota terpaksa harus meninggalkan Rahma bersama sang nenek di desa. Nenek Rahma tidak rela jika Rahma harus dititipkan di Tempat Penitipan Anak selama ibunya bekerja.

"Ah, nggak tega bu kalau Rahma di penitipan, nanti kalau diapa-apain gimana? Kayak yang ada di berita-berita itu lho. Kalau di sini kan saya bisa njaga. Apalagi ibunya repot sekolah lagi. Nanti anaknya makin nggak keurus. Sudahlah, memang sudah kewajibannya nenek ngurusi cucunya." begitu jawaban nenek Rahma bila ditanya tetangga atau teman-temannya.
Sebabnya si nenek jadi tidak bisa lagi beraktifitas seperti biasanya, organisasi, kemasyarakatan, dan silaturrahim bersama teman-temannya.
Alasan repot mengurusi cucu sangat manjur untuk keluar dari kesibukan itu.

Umumnya para nenek tidak tega dengan cucunya karena si ibu yang repot bekerja. Padahal kalau ditelisik lebih jauh, para nenek itupun dulunya juga repot ketika berumah tangga. Tetapi karena kembali kepada pertanyaan sesuai judul di atas, ternyata memang nenek lebih sayang pada cucu daripada pada anak.

Soal rasa sayang nenek inipun kadangkala menimbulkan konflik. Kesepakatan aturan ibu dan ayah soal pendidikan si anak seringkali tidak berlaku bagi nenek. Sudah sering keluar keluhan dari ibu-ibu muda ini
"Wah, repot. Aturan nonton TV, makan coklat, semua dilanggar. Neneknya terlampau manjain sih. Tapi ya gimana lagi, saya harus kerja sementara anak-anak gak ada yang ngasuh."
Sebaliknya si nenek pun tak kalah keluhannya,
"Aduuh, ini tulang-tulang sudah tua semua. Harus nggendong cucu, ngikutin dia merangkak. Mana rumah jadi berantakan terus nggak bisa bersih. Saya jadi nggak bisa keluar kemana-mana. Tapi ya gimana lagi, mamanya harus kerja cari uang."
Dan biasanya keluhan-keluhan itu terungkap di komunitas masing-masing. Sesama ibu-ibu dan sesama nenek-nenek. Pernahkah kita mendengarnya dan menyadarinya?

Tapi saat saya bertemu nenek yang satu ini, yang berpendidikan dan berwawasan luas, yang tergolong masih muda menurut ukuran seorang nenek, ada hal lain yang berbeda.

Saat itu saya ( yang memutuskan sejak menikah mengontrak rumah sendiri, pernah pakai jasa pembantu, pernah juga memakai jasa penitipan anak, dan akhirnya memutuskan tidak lagi memakai pembantu) beserta suami dan anak-anak sedang menghadiri acara pernikahan keluarga di gedung mewah. Banyak keluarga besar kami yang berkumpul sekaligus berkangen-kangenan di sana.

Tahu kan, tiga jagoan saya yang dimanapun berada, dalam suasana resmi sekalipun akan selalu bermain dan heboh. Saya dan suami harus sering tergopoh-gopoh karena kehilangan pantauan radar mereka yg berlarian memutari seisi ruangan gedung menyibak diantara kerumunan orang-orang. Heboh bermain di taman yg jadi penghias pelaminan karena ada air mancur buatan sampai-sampai harus diusir oleh Event Organizer nya. Hampir menubruk pramusaji yang membawa baki makanan, dan tersandung kabel sampai lampu kilat juru potret nya mati. Repot dan agak 'memalukan'.

Si nenek muda menghampiri saya yang terduduk kelelahan. Beliau masih terhitung keluarga juga dengan kami.

"Capek ya, jeng. Anak tiga laki semua."

"Eh, iya. Anak-anak kompakan banget bu kalau lagi heboh gitu."

"Ah, biasa. Ketika masih kecil-kecil ya memang agak repot. Sebentar lagi kalau mereka sudah SD kelas 5 atau 6 ya sudah gampang lah." ujar beliau.

"Apalagi kalau udah SMP, malahan jarang di rumah. Les, ngerjakan tugas, main di rumah kawannya. Mamanya nanti malah yang bingung cari kesibukan," lanjut beliau sembari tersenyum mengibur.

"Itu anak-anak dan cucu saya, " si nenek menunjuk pada dua pasang lelaki perempuan dengan baju sewarna yang masing-masing membawa 2 anak bahkan masih ada yang bayi.

"Saya bilang ke anak-anak. Ibu nggak mau kalau kalian nitip anak-anak kalian ke ibu. Dulu ibu juga sama repotnya mengurusi kalian ketika kecil. Tapi semua bisa ibu jalani. Sekarang anak-anak kalian harus diurusi sendiri. Kalau ada hambatan ya harus kreatif cari solusi. Supaya kalian juga bisa mandiri termasuk anak-anak kalian,"

Si nenek membenahi tempat duduknya, sementara saya berdebar-debar menunggu kelanjutan ceritanya.

"Saya bilang juga, tugas ibu dan bapak mengasuh kalian, membesarkan, meyekolahkan sampai kalian menikah sudah selesai. Sekarang tugas ibu konsentrasi mendampingi ayah kalian, beramal di kegiatan organisasi dan memanfaatkan tenaga ibu di masyarakat. Kalau ibu sayang pada cucu-cucu ibu ya sudah pasti, tapi bukan berarti harus mengambil alih tugas kalian sebagai orangtua untuk mengasuh dan mendidik mereka."

Kata si nenek, anak-anaknya menurut beliau cukup mandiri. Mereka masih ada yang mengontrak rumah, meskipun saya tahu si nenek termasuk keluarga yang berada dan kalau 'cuma' membelikan rumah untuk anaknya pasti bisa.

Setiap minggu beliau berkunjung atau dikunjungi oleh cucu-cucu dan anak-anaknya. Membuat acara-acara atau sekedar bertemu saja.

Saya memandang nenek muda itu dengan penuh kekaguman. Setidaknya apa yang beliau katakan menjadi bahan bakar baru untuk semangat saya menjadi orangtua sebenarnya.

Saturday, June 12, 2010

HATI = CERMIN



Tak ada satupun Cermin yang sempurna Bersih. Pasti ada goresan atau titik hitam yang menyebabkan kita diwajibkan melakukan pembersihan dalam setiap waktu


(cuplikan kata orang terkenal)




Intisari nasehat ustadz dalam sebuah kajian Tazkiyatun Nafs.


Hati manusia (Qalb) dalam dada (Shadr) ibaratkan sebuah cermin. Ia merefleksikan atau memantulkan apapun cahaya yang menimpanya.


Bila cermin itu bersih, maka kita akan dapat memakainya untuk bercermin. Ia akan memantulkan dan menampilkan wajah kita apa adanya. Yang buruk, yang cantik, yang sedih, yang marah, yang bersemangat. Juga dapat untuk mengukur diri kita, pendekkah, kecilkah, besarkah, mampukah, atau bahkan bila sama sekali tidak pantas.


Sebaliknya bila cermin itu kotor, penuh debu, noda, bahkan tanah liat, maka kita tidak lagi bisa bercermin di sana. Semakin tebal kotorannya maka semakin sedikit bahkan tidak ada samasekali cahaya yang dapat menembusnya. Padahal cahaya itulah sebagai sumber petunjuk dan penerang hati. Maka dapat dipastikan Hati menjadi gelap gulita, tidak peduli, dan akhirnya menjadi sekeras batu.


Noda dalam cermin itu bermula dari hal-hal yang kecil dalam keseharian yang seringkali kita tidak sengaja. Dalam sholat dan dalam ibadah kita sehari-hari, selalu istighfar dan permohonan ampun yang kita ucapkan. Adalah untuk membersihkan cipratan-cipratan debu dan noda itu, supaya hati kembali menjadi terang dan bersih.


Setiap hari saja selalu ada noda yang tak sengaja mengotori cermin itu dan harus segera dibersihkan terus menerus, namun adakalanya justru manusia itu sendiri yang sengaja melempar 'lempung' di muka cerminnya sendiri.


Perbuatan mencuri (termasuk di dalamnya korupsi yang terang-terangan dan tidak terang-terangan), perbuatan maksiat (mulai alasan TTM, selingkuh hingga perzinaan), sampai kepada perbuatan syirik (datang ke dukun, paranormal, atau kah "kyai").


Berapa percepatan 'pengotoran' kita pada cermin dibanding kecepatan untuk upaya menghapusnya?


Bila seseorang sudah merasa beribadah dengan tunduk, khusyu', setiap hari bertahajud, wirid, do'a bersama. Kemudian diiringi dengan korupsi, memanfaatkan jabatan, selingkuh, bahkan datang ke dukun peramal. Siapakah yang bisa menjamin bahwa cermin itu selalu terjaga bersih? Apalagi bila noda yang tiap hari dilemparkan tergolong noda berat dan sulit dibersihkan.


Apalagi bila sengaja melemparkan kotoran tebal, dengan kualitas ibadah yang 'pas-pasan'?


Bukankah dalam beribadah itu manusia hanya melihat lahirnya saja, akan tetapi nilai dan pahala itu hanya Allah saja yang tahu.


Bukankah di akhirat nanti ada orang yang dalam keadaan bangkrut ketika seluruh amal ibadahnya yang luar biasa banyaknya itu hangus tak bersisa alias tak ada nilainya.


Dan bukankah mendatangi peramal (yang bisa memberitahu tentang kejadian esok hari) sama dengan menghanguskan 40 hari ibadahnya yang akan datang? Sia-sia ...... sungguh sia-sia.


Cermin Hati yang telah kotor dan sengaja dilempari sendiri dengan kotoran-kotoran yang lain, telah kehilangan fungsinya. Tidak bisa lagi merefleksikan apa yang ada di depannya. Tidak bisa lagi menerima cahaya untuk penerangnya. Tidak bisa lagi menerima dengan jernih peringatan-peringatan dan kebaikan-kebaikan yang ditawarkan orang lain. Tidak bisa lagi mendengar refleksi orang terhadap dirinya. Karena telah begitu tebal dakinya.

Satu-satunya ... cara untuk menembus kotoran yang demikian tebal itu hanyalah ....... DO'A

Do'a seorang ibu dan do'a seluruh kaum muslimin.

Sepotong do'a akan mencari jalannya dan menembus cermin yang buram. Menusuk pada kekuatan sang cermin dan melelehkan energi kekotoran yang mengikat kuat. Sehingga seberkas cahaya akan mudah masuk dan kekuatan refleksi sang cermin akan kembali.

Mari kita satukan kekuatan do'a kita.

Saturday, January 2, 2010

"Hajjatur Rasul" Ibadah Haji Cara Rasulullah SAW

Dari segi jumlah, orang Indonesia yang menunaikan Ibadah Haji selalu meningkat dari tahun ke tahun bahkan harus rela masuk 'waiting list'. Namun kalau dilihat dari segi pelaksanaan manasik haji nya masih banyak yang tidak sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW bahkan sangat memprihatinkan. Ibadah Haji tidak hanya sekedar berangkat ke Mekkah dan pulangnya menyandang gelar 'HAJI / HAJJAH'. Karena itu persiapan ilmu tentang Manasik Haji harus benar-benar dipahami dan dikuasai oleh para Calon Haji agar Ibadah Hajinya tidak sia-sia dan mubazir dari segi biaya, tenaga, dan waktu.


Dalam melaksanakan semua amal ibadah dalam Islam, termasuk ibadah haji dan umrah yang terbaik adalah :
  1. Dikerjakan semata-mata karena Allah, artinya yang menjadi satu-satunya pendorong dilakukannya ibadah itu adalah mengharapkan Ridho Allah SWT. Tidak terikut di dalamnya harapan untuk mendapat pujian orang, gengsi, dlsb. Bila dalam melaksanakan ibadah lain orang sudah sulit untuk ikhlas, maka dalam ibadah haji dan umrah orang akan lebih sulit lagi untuk ikhlas karena menyangkut kemampuan harta, sehingga Allah memperingatkan dalam AlQur'an : "Dan sempurnakanlah oleh kamu haji dan umrah karena Allah (QS. AlBaqarah 196)"
  2. Dikerjakan sesuai sunnah Rasulullah SAW, karena selain beliau tidak seorangpun yang mengetahui cara beribadah yang diridhoi oleh Allah SWT. Sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Jabir "Hudzuu 'Annii Manaasikakum" (HR.Muslim) Ambillah dariku manasik hajimu. Cara manasik haji yang sesuai dengan tuntunan Rasululullah SAW atau biasa disebut 'Hajjatur Rasul' didasarkan pada sabda Rasulullah ini.
Nabi SAW tidak pernah memberikan kriteria atas suatu amalan beliau dalam haji dan umrah apakah yang satu termasuk fardlu, wajib ataukah sunat. Hanya ulam-ulama madzhab fiqih yang mengelompokkkan amalan-amalan tersebut.
Nabi SAW sendiri mengerjakan semua dan memerintahkan orang-orang agar mencontoh cara beliau secara keseluruhan dan memberikan rukhsah atau keringanan dalam hal-hal tertentu untuk orang-orang tertentu pula. Misalnya:
  • Mengizinkan orang-orang yang lemah berangkat meninggalkan Muzdalifah pada malah hari Nahar di waktu malam sebelum fajar
  • Membiarkan orang mengerjakan amalan-amalan di hari Nahar tidak berurutan sebagaimana urutan yang beliau kerjakan
  • Mengijinkan Abbas dan penggembala-penggembala unta untuk tidak bermalam di Mina pada malam hari Tasyriq dan sebagainya
Berdasarkan pendapat-pendapat para ulama madzhab fiqih itulah orang merekayasa tatacara haji dan umrah dg kecenderungan masing-masing. Diantaranya mencari cara yang mudah dan nyaman. Bila hal itu diteruskan saja maka bukan tidak mungkin suatu hari nanti ibadah haji dilakukan dengan hanya mengabungkan pendapat-pendapat yang ringan saja sehingga akhirnya banyak amalan amalan yang ditinggalkan.
Untuk itulah diperlukan upaya yang serius dan kerja keras untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah sesuai dengan yang dicontohkan Nabi dalam 'Hajjatur Rasul'.

(disarikan dari : KITAB HAJI, Tuntunan Menunaikan Haji dan Umrah Menurut Sunnah Rasulullah SAW. Karya : KH. Nadjih Ahjad, Pengasuh PP Maskumambang-Gresik, cet.tahun 2002)

LOGO IDI

LOGO IDI

LOGO PEMDA GRESIK

LOGO PEMDA GRESIK