Kalau saja seluruh jari tangan saya jempol semua, dengan senang hati akan saya acungkan semua untuk novel trilogi ini (buku ketiga masih dalam proses penulisan). Meski begitu banyak novel trilogi dan novel-novel yang lain, saya punya alasan kenapa harus memilih novel karya A.Fuadi ini.
Negeri 5 Menara
Dibuka dengan kisah seorang bujang Minang bernama Alif Fikri dan latar belakangnya sampai harus 'mondok' di Pondok Madani (terinspiras dari Pondok Modern Gontor, Ponorogo, Jawa Timur).
Kisah selanjutnya adalah perjuangan seorang penuntut ilmu yang dididik dengan kultur kedisiplinan tinggi di PM. Nasib yang sama melahirkan sebuah ikatan persahabatan 5 anak muda penuntut ilmu. Mereka menamakan diri mereka Sahibul Menara.
Persahabatan Sahibul Menara membuat awan-awan yang berarak di sore hari di bawah menara masjid PM membentuk impian mereka.
Dengan kekuatan mimpi, mantra Man Jadda Wajada sesuai pesan para Kiai, dan perjuangan tak kenal lelah, para Sahibul Menara meraih impian masing-masing.
Lima menara menggambarkan lima negara berbeda tempat mereka berada dan mewujudkan mimpi-mimpi itu.
Ranah 3 Warna
Kelanjutan dar Negeri 5 Menara yang lebih detail menggambarkan perjuangan Alif Fikri dalam proses meraih mimpinya pasca kelulusan dari PM. Kuliah di Unpad dengan uang saku pas-pasan, jatuh bangun bertahan hidup, kehilangan ayah dan cobaan bertubi-tubi lainnya, hingga nasib persahabatannya dengan Randai (sahabat masa kecilnya).
Dalam ujian hidup yang mencapai hingga titik terendah itu membuat Alif Fikri tersadar akan mantra kedua Man Shabara Zhafiira.
Buah dari kesabaran Alif Fikri terasa manis ketika ia akhirnya menjadi penulis dan nasib membawanya ke Kanada, Amerika (benua impiannya), dan bertemu dengan sahabat-sahabat baru dari negeri yang sama sekali berbeda. Dibumbui dengan kisah percintaan khas anak muda tapi santun dan penuh hikmah, khas pesantren.
Ranah 3 warna menggambarkan tanah yang diinjaknya pada tiga negara yang berbeda dengan tiga warna yang berbeda pula.
Inspirasi Kisah Nyata
Yang menarik dari novel ini adalah bahwa seluruh kisahnya terinspirasi pada kisah nyata termasuk sosok Sahibul Menara. Tentu saja pengembangan cerita dibuat agar lebih menarik.
Seluruh anggota Sahibul Menara pernah diwawancarai di acara televisi Kick Andy Show. Dalam wawancara itu makin terkuaklah perjuangan mereka meraih mimpi yang tidak pernah begitu mudah. Bila harus dituliskan semua, maka kisah-kisah itu tidak akan cukup digoreskan hanya dalam bentuk Novel Trilogi.
Lantas apa yang membuat berbeda novel ini dengan novel yang lain semacam Harry Potter yang sangat laris itu?
Simaklah 3 alasan saya:
Awalnya ..
Suami yang menunjukkan novel Negeri 5 Menara pertamakali.
"Dik, ini ada kisah tentang Gontor (Pondok Modern Gontor), kayaknya sampeyan perlu baca deh biar ada gambaran"
"Hmmm, dan Hanif juga mungkin perlu baca" lanjut suami.
Ya, berawal dari pencarian info tentang PM Gontor yang menarik bagi si anak sulung kami itulah asal muasal pertemuan kami dengan Negeri 5 Menara, setelah sebelumnya bertanya-tanya pada keponakan yang alumni PM dan majalah terbitan PM.
Dan darinya kami tidak lagi ragu menanamkan mimpi tertinggi pada anak-anak tentang hidup masa depan yang lebih baik. Ke PM, siapa takut? Ke luar negeri, siapa takut?
Negeri 5 Menara
Dibuka dengan kisah seorang bujang Minang bernama Alif Fikri dan latar belakangnya sampai harus 'mondok' di Pondok Madani (terinspiras dari Pondok Modern Gontor, Ponorogo, Jawa Timur).
Kisah selanjutnya adalah perjuangan seorang penuntut ilmu yang dididik dengan kultur kedisiplinan tinggi di PM. Nasib yang sama melahirkan sebuah ikatan persahabatan 5 anak muda penuntut ilmu. Mereka menamakan diri mereka Sahibul Menara.
Persahabatan Sahibul Menara membuat awan-awan yang berarak di sore hari di bawah menara masjid PM membentuk impian mereka.
Dengan kekuatan mimpi, mantra Man Jadda Wajada sesuai pesan para Kiai, dan perjuangan tak kenal lelah, para Sahibul Menara meraih impian masing-masing.
Lima menara menggambarkan lima negara berbeda tempat mereka berada dan mewujudkan mimpi-mimpi itu.
Ranah 3 Warna
Kelanjutan dar Negeri 5 Menara yang lebih detail menggambarkan perjuangan Alif Fikri dalam proses meraih mimpinya pasca kelulusan dari PM. Kuliah di Unpad dengan uang saku pas-pasan, jatuh bangun bertahan hidup, kehilangan ayah dan cobaan bertubi-tubi lainnya, hingga nasib persahabatannya dengan Randai (sahabat masa kecilnya).
Dalam ujian hidup yang mencapai hingga titik terendah itu membuat Alif Fikri tersadar akan mantra kedua Man Shabara Zhafiira.
Buah dari kesabaran Alif Fikri terasa manis ketika ia akhirnya menjadi penulis dan nasib membawanya ke Kanada, Amerika (benua impiannya), dan bertemu dengan sahabat-sahabat baru dari negeri yang sama sekali berbeda. Dibumbui dengan kisah percintaan khas anak muda tapi santun dan penuh hikmah, khas pesantren.
Ranah 3 warna menggambarkan tanah yang diinjaknya pada tiga negara yang berbeda dengan tiga warna yang berbeda pula.
Inspirasi Kisah Nyata
Yang menarik dari novel ini adalah bahwa seluruh kisahnya terinspirasi pada kisah nyata termasuk sosok Sahibul Menara. Tentu saja pengembangan cerita dibuat agar lebih menarik.
Seluruh anggota Sahibul Menara pernah diwawancarai di acara televisi Kick Andy Show. Dalam wawancara itu makin terkuaklah perjuangan mereka meraih mimpi yang tidak pernah begitu mudah. Bila harus dituliskan semua, maka kisah-kisah itu tidak akan cukup digoreskan hanya dalam bentuk Novel Trilogi.
Lantas apa yang membuat berbeda novel ini dengan novel yang lain semacam Harry Potter yang sangat laris itu?
Simaklah 3 alasan saya:
- Novel ini ditulis A. Fuadi (mantan wartawan Tempo dan VOA) dengan menggabungkan fiksi dan jurnalistik. Saya yakin sekali riset pun dilakukan dalam proses penulisannya untuk mendapatkan nama yang akurat dan data yang shahih. Novel ini tidak ditulis hanya berdasarkan ingatan dan perasaan saja, tapi sangat terasa nilai jurnalistiknya seperti kita membaca laporan pandangan mata sebuah peristiwa penting.
- Banyak pengetahuan dan wawasan baru yang bertebaran di setiap halaman. Jadi membaca novel bukan hanya sekedar mengikuti kisahnya tetapi sekaligus belajar dan mendapatkan hal-hal baru. Membaca novel tidak hanya menikmati bahasa sastra tetapi sekaligus ada nilai lebih yang bisa kita ambil
- Inspirasi dan motivasi yang dihembuskan sangat terasa. Novel ini tidak hanya menyajikan kisah mendayu begitu saja tetapi ada misi yang ingin disampaikan penulis. Dan misi itu bukan hanya berdasarkan pergulatan pemikiran tokohnya saja tetapi memiliki dasar yang kuat dan dapat dipertanggungjawabkan. Begitu banyak novel yang sangat imajinatif, alur kisahnya yang memukau dan cara bercerita yang indah, tetapi berapa banyak inspirasi dan hikmah yang bisa kita ambil dari sebuah novel? Bahkan motivasi yang dihembuskan mampu mengubah hidup seseorang? Novel inilah salah satunya.
Awalnya ..
Suami yang menunjukkan novel Negeri 5 Menara pertamakali.
"Dik, ini ada kisah tentang Gontor (Pondok Modern Gontor), kayaknya sampeyan perlu baca deh biar ada gambaran"
"Hmmm, dan Hanif juga mungkin perlu baca" lanjut suami.
Ya, berawal dari pencarian info tentang PM Gontor yang menarik bagi si anak sulung kami itulah asal muasal pertemuan kami dengan Negeri 5 Menara, setelah sebelumnya bertanya-tanya pada keponakan yang alumni PM dan majalah terbitan PM.
Dan darinya kami tidak lagi ragu menanamkan mimpi tertinggi pada anak-anak tentang hidup masa depan yang lebih baik. Ke PM, siapa takut? Ke luar negeri, siapa takut?
No comments:
Post a Comment