Monday, October 24, 2011

Kampanye Anti Rokok A La Hanif

Mbah Lazim, salah seorang keluarga besar yang dikunjungi dalam silaturrahim lebaran, mengepit sebatang rokok di antara dua jari kanan. Asap mengepul-ngepul seiring hisapannya di sela basa-basi keluarga.

Hanif mendekat sambil menghindari arah asap yang meliuk-liuk.
"Mbah, satu batang rokok yang mbah hisap itu mengurangi umur 5 menit lo,"
Seru Hanif lugas dan lantang.
"Ah,... masak" si Embah nyengir menonjolkan gigi dan gusi yg menghitam akibat tumpukan nikotin.
"Ini menurut penelitian lo mbah, ada 3000 jenis racun dalam sebatang rokok .... bla.. bla... bla.."

Sejurus kemudian perhatian keluarga terpaku pada ceramah gratis Hanif soal bahaya rokok.

Istri Mbah Lazim menggamit lengan Ibu,
"Tuh cucunya pinter banget, biarin aja Mbahnya diceramahin.. biar kapok"

Ibu pun tersenyum dengan perasaan yang hmmm gimanaaa gitu....

*****

Hari yang lain di sebuah ruang tunggu bengkel sambil menunggu perawatan mobil.

Seorang bapak setengah baya dengan dandanan perlente menghabiskan waktu dengan menghisap sebatang rokok mahal. Si Bapak duduk dekat Hanif.

Baru saja ayah berfikir untuk memindahkan Hanif ke kursi lain yang agak jauh dari kepulan asap, Hanif sudah bangkit dan menghampiri si Bapak.

"Pak, tolong pak rokoknya dimatikan. Saya terganggu dengan asap rokoknya bapak. Orang-orang lain juga."

Si Bapak sekilas melemparkan pandangan ke sekeliling, ayah pura-pura tidak memperhatikan. Dengan sedikit salting si Bapak akhirnya membenamkan ujung rokoknya ke lantai. Faktor pendidikan yang cukup rupanya membuat beliau lekas menyadari lingkungan, meski agak malu karena harus diingatkan anak umur 10 tahun.

Ayah tersenyum lega .. "Alhamdulillaaah.."

******

Saat ayah sibuk mengeluarkan mobil dari parkiran, dan ibu bersama adik-adik mempersiapkan diri setelah berpamitan pada tuan rumah yang dikunjungi, Hanif malah ngeloyor pergi ke sebuah warung di pinggir jalan.

Seorang Lelaki 45 tahunan yang sedang menghadapi segelas kopi hitam, dan tentu saja sebatang rokok, tengah bersantai dan bergurau dengan sesama pengunjung warung.

Hanif mendekat dan bertanya lugas.
"Pak, saya mau tanya, kenapa bapak merokok?"

"Lho, saya kan membantu pabriknya. Kalau nggak ada yang merokok pabriknya bisa tutup dan karyawannya tidak bisa makan. Ya, kan" Lelaki itu menjawab sekenanya sambil meminta dukungan teman-temannya.

"Tapi itu kan membahayakan bapak sendiri. Tunggu sepuluh tahun lagi, penyakit jantung sampai kanker paru-paru pasti timbul. Buktikan saja! Bapak sebaiknya memperhatikan kesehatan mulai sekarang."

"Lho, kamu sendiri naik mobil. Jalan kaki kan lebih sehat" Lelaki itu terus mendebat kusir, tidak terima dengan nasehat seorang anak kecil.

"Rumah saya jauh di Gresik. Kalau saya berjalan dari Surabaya ke Gresik tidak akan jadi sehat, malah akan ambruk, tahu..."

Ayah dan ibu memilih tidak ikut campur dan memanggil Hanif saat semua siap untuk berangkat pulang.

******

"Hanif, Ayah bangga dengan yang kamu lakukan." kata Ayah ketika telah bersama seluruh anggota keluarga dalam mobil.

"Ya, Ibu juga. Tidak mudah menyampaikan sesuatu yang benar kepada orang lain. Orang dewasa malahan sering sungkan kalau harus mengingatkan. Paling-palling ibu hanya menutup hidung atau kipas-kipas menunjukkan protes atau rasa tidak suka." tambah ibu.

"Tapi kenapa mereka tidak berhenti merokok bu? kan sudah diingatkan?" sedikit nada protes meluncur dari mulut Hanif.

"Hmm.. yang penting kamu sudah menyampaikan yang  benar. Soal berubah atau tidak bukan kewajiban kamu lagi. Ada banyak faktor yang berpengaruh, salah satunya faktor hidayah dari Allah. Hanya satu pesan Ayah, tetap sampaikan dengan cara yang baik dan sopan. Oke ..."

"Eh, satu lagi .." sahut Ibu."Meskipun orang itu tidak berubah sekarang, paling tidak apa yang kamu sampaikan sudah masuk ke pikiran mereka, apalagi yang menyampaikan anak sekecil kamu, pasti ada sedikit rasa malu di hati mereka dong. Suatu saat kalau apa yang kamu sampaikan terbukti benar, maka kamu adalah orang pertama yang mereka ingat. Wow.. luar biasa kan?"

Hanif pun tersenyum, indah dan puas.

No comments:

Post a Comment

LOGO IDI

LOGO IDI

LOGO PEMDA GRESIK

LOGO PEMDA GRESIK