Sunday, February 7, 2010

Ranking = Prestasi ?

Usai terima raport semester ganjil, mama fariz menghadap ke bagian kurikulum. Di raport itu tertulis jelas Fariz mendapatkan rangking 12. Mama Fariz ingin konfirmasi kembali sebab setelah dihitung-hitung kok nilai rata-ratanya jauh di atas nilai rata-rata kelas?

Setelah cek sana-sini, waka bagian kurikulum memohon maaf kepada mama Fariz, ternyata letak kesalahan ada pada guru wali kelas. Seharusnya Fariz mendapatkan rangking 2. Ralat kemudian diumumkan kepada seluruh wali murid.

Wafa menangis keras di ketiak mamanya. Rangking Wafa yang sebelumnya tertulis posisi 2 (dan ia sudah terlanjur tebar pesona pd teman dan keluarganya) akibat ralat yang menyebalkan itu, ia harus puas melorot tajam ke rangking 10.Gusar dg kondisi anaknya, mama Wafa menelepon ke Mama Fariz

" Mama Fariz sengaja membikin anak saya 'down' ya. Sekarang anak saya stres berat, bu.."

" Ma'af ya mama Wafa, saya tidak bermaksud demikian, saya hanya ingin konfirmasi saja. Kalau memang itu hak anak saya rangking 2 ya memang sudah seharusnya, khan"

" Masalahnya akibat pengumuman terbuka itu anak saya jadi bahan olokan teman-temannya, itu khan gara-gara Fariz. Sekarang anak saya jadi malu dan mogok berangkat ke sekolah.Seharusnya ibu tanya-tanya dulu ke saya jadi kita bisa menghadap sama-sama ke pihak sekolah"

" Saya sudah bilang ke Fariz supaya nggak ngolok-ngolok, tapi namanya juga anak-anak, bu. Apalagi teman-temannya yg lain, tentu saya nggak bisa ngendalikan, kan"
-------------------------------------------------------------------

Sistem rangking menjadi ukuran prestasi anak? Nilai sebuah rangking adalah bentuk penghargaan kepada anak? Bagaimana dg anak yang rangkingnya selalu pada kisaran 10 besar paling bawah, apakah ia tidak pernah berprestasi dan kita tidak perlu menghargainya?

Mungkin perlu kita bandingkan dengan sistem di sebuah sekolah yang tidak pernah mencantumkan rangking pada raport siswanya.

Setiap bulan sekolah mengadakan anugerah Bintang Prestasi. Setiap kelas dipilih satu orang, pada bulan berikutnya Bintang Prestasi itu bergulir untuk anak lain yang dinilai layak mendapatkannya

Bintang Prestasi tidak diberikan untuk anak yang paling pandai atau nilai ujiannya paling tinggi. Bintang itu diberikan pada anak yang pd bulan itu perubahan atau peningkatannya paling besar.

Contoh sederhana; Bulan lalu Lala masih takut ke toilet sendiri, nah bulan ini Lala membuat perubahan besar, ia sudah mampu mandiri dan berani pergi ke toilet sendiri tanpa bantuan.
Bulan ini kemampuan matematika Azhar meningkat tajam, sebelumnya ia sulit berhitung, sekarang ia sudah mampu menyelesaikan soal cerita matematika.Nah, Lala dan Azhar itulah yang berhak mendapatkan Bintang Prestasi.
Dengan demikian setiap anak punya kesempatan sama untuk mendapatkan Bintang itu dan dihargai kemajuannya sebagai sebuah PRESTASI.

Akhir semester, rangking berdasarkan nilai akademik tetap ada tapi tidak pernah tertulis dalam raport. Secara individual, guru wali kelas memberitahukan peringkat berdasarkan nilai akademik pd orang tua si anak. Hanya peringkat anaknya saja, dan hanya untuk 5 besar saja. Jadi cukup rahasia dan tidak menimbulkan benih iri hati baik pada orang tua maupun anak.

PRESTASI bagi anak, terutama usia SD yang belum sepenuhnya dapat mencerna arti sebuah rangking, seyogyanya merupakan apresiasi kita terhadap setiap usahanya untuk maju. Bila anak sudah dikotak-kotakkan dan diberikan label 'si anak pintar' dan 'si anak bodoh' maka justru akan menimbulkan kesenjangan yg makin besar.

Yang pintar mentalnya akan terpuruk bila ia jatuh rangking, yang tidak terlampau pintar akan makin putus asa, karena selamanya ia tidak akan pernah dianggap berPRESTASI.

No comments:

Post a Comment

LOGO IDI

LOGO IDI

LOGO PEMDA GRESIK

LOGO PEMDA GRESIK