Sudah sering mendengar cerita seputar haji? Sudah pernah mendapat pesan penting selama berhaji?
Kira-kira seperti begini:
"Di tanah haram nggak boleh ngomong macam-macam loh, harus nahan diri. Soalnya nanti setiap omongan kita akan kena diri kita sendiri."
Percaya gak percaya tapi banyak orang yang sudah berbagi cerita. Seperti yang dialami Bapak dan Ibu yang satu ini.
Setiap ba'da sholat jama'ah lima waktu di Masjidil Haram selalu diakhiri dengan shalat jenazah. Si Ibu lama-lama mikir juga atau mungkin setengah mengeluh.
"Kok sholat jenazah melulu ya pak. Apa ini sholat ghaib? (maksudnya tanpa kehadiran si mayit)"
"Ya nggak lah bu, memang ada jenazahnya" sahut si Bapak
"Nggak pernah lihat tuh pak. Memang dimana jenazahnya? Disebutnya 'amwaat' lagi, berarti yang disholati kan banyak?"
"Yah, namanya orang kumpul sedunia, pasti ada aja yang mati di sini setiap harinya. Jamaahnya kan jutaan bu"
Si Ibu tidak terlalu puas dengan jawaban si Bapak.
Pada suatu kesempatan mereka berdua usai thawaf dan menuju masa'i (tempat sa'i). Si Ibu mengajak Bapak melewati jalan lain yang kelihatannya lebih sepi dan tidak berdesak-desakan.
Maka masuklah mereka melalui sebuah pintu dan lorong hingga sampai pada sebuah ruangan yang cukup luas. Mulanya tidak ada yang istimewa, ada beberapa petugas seperti biasa dan kebetulan jalannya pun searah alias tidak diperbolehkan kembali.
Tapi Subhanallah, sebuah pemandangan berikutnya yang muncul cukup membuat si Ibu kaget bukan kepalang. Ternyata jalan itu melewati ruangan tempat mengantri jenazah-jenazah yang akan disholatkan dan dikuburkan. Tampak tandu-tandu yang diatasnya berbaring jenazah yang kesemuanya sudah terbuhngkus kain kafan alias berbentuk pocong dan tanpa lembaran kain lain yang menutupi.
"Aaaaaa......Pak!!" Si Ibu menjerit lirih.
Si Bapak menggamit Ibu yang sesaat tak bisa berkata-kata.
"Sudah bu, jalan saja. Jangan ngomong apa-apa lagi, nanti malahan mayatnya bangun loh," goda si Bapak.
Si Ibu beringsut secepatnya dan menahan nafas yang tercekat, mengambil langkah cepat diantara tubuh yang berjajar-jajar itu. Bukan hanya satu tetapi..... 10.... 20.... 30.... 40.... 50.... buah......... eh orang...... eh pocong!!!!
Kira-kira seperti begini:
"Di tanah haram nggak boleh ngomong macam-macam loh, harus nahan diri. Soalnya nanti setiap omongan kita akan kena diri kita sendiri."
Percaya gak percaya tapi banyak orang yang sudah berbagi cerita. Seperti yang dialami Bapak dan Ibu yang satu ini.
Setiap ba'da sholat jama'ah lima waktu di Masjidil Haram selalu diakhiri dengan shalat jenazah. Si Ibu lama-lama mikir juga atau mungkin setengah mengeluh.
"Kok sholat jenazah melulu ya pak. Apa ini sholat ghaib? (maksudnya tanpa kehadiran si mayit)"
"Ya nggak lah bu, memang ada jenazahnya" sahut si Bapak
"Nggak pernah lihat tuh pak. Memang dimana jenazahnya? Disebutnya 'amwaat' lagi, berarti yang disholati kan banyak?"
"Yah, namanya orang kumpul sedunia, pasti ada aja yang mati di sini setiap harinya. Jamaahnya kan jutaan bu"
Si Ibu tidak terlalu puas dengan jawaban si Bapak.
Pada suatu kesempatan mereka berdua usai thawaf dan menuju masa'i (tempat sa'i). Si Ibu mengajak Bapak melewati jalan lain yang kelihatannya lebih sepi dan tidak berdesak-desakan.
Maka masuklah mereka melalui sebuah pintu dan lorong hingga sampai pada sebuah ruangan yang cukup luas. Mulanya tidak ada yang istimewa, ada beberapa petugas seperti biasa dan kebetulan jalannya pun searah alias tidak diperbolehkan kembali.
Tapi Subhanallah, sebuah pemandangan berikutnya yang muncul cukup membuat si Ibu kaget bukan kepalang. Ternyata jalan itu melewati ruangan tempat mengantri jenazah-jenazah yang akan disholatkan dan dikuburkan. Tampak tandu-tandu yang diatasnya berbaring jenazah yang kesemuanya sudah terbuhngkus kain kafan alias berbentuk pocong dan tanpa lembaran kain lain yang menutupi.
"Aaaaaa......Pak!!" Si Ibu menjerit lirih.
Si Bapak menggamit Ibu yang sesaat tak bisa berkata-kata.
"Sudah bu, jalan saja. Jangan ngomong apa-apa lagi, nanti malahan mayatnya bangun loh," goda si Bapak.
Si Ibu beringsut secepatnya dan menahan nafas yang tercekat, mengambil langkah cepat diantara tubuh yang berjajar-jajar itu. Bukan hanya satu tetapi..... 10.... 20.... 30.... 40.... 50.... buah......... eh orang...... eh pocong!!!!
No comments:
Post a Comment