Friday, October 29, 2010
Catatan Haji : Jangan Pakai Lipstik ke Masjid!
Isu, gosip, dan berita-berita seputar jama'ah seringkali kita dengar. Ada berita jama'ah wanita yang dilarikan taksi dan hilang. Ada yang mengalami pelecehan seksual di atap gedung ketika menjemur pakaian. Ada yang pernah ditemukan meninggal di bukit-bukit batu di sekitar kota Mekkah setelah mengalami tindakan asusila, dll. Kebenarannya sulit ditentukan.
Tapi fakta yang terjadi adalah, kondisi di Mekkah dan negeri Arab sangat jauh berbeda dengan di tanah air. Kalau dicermati sejak naik pesawat Saudi Arabia Airlines, dalam majalah yang ada di pesawat, tidak ada foto wanita di sana. Apalagi yang terbuka auratnya. Di Indonesia iklan perrmen sampai mobil selalu menampilkan bintang iklan wanita yang menggoda, sedangkan di Arab bahkan iklan parfum hanya menampilkan gambar botol parfumnya yang elegan dan cantik.
Di Indonesia pekerja wanita merambah semua bidang. Bahkan sopir angkot dan penjaga POM Bensin pun sekarang mulai dimasuki kaum wanita. Seorang teman membuka jasa cuci mobil dan motor dimana semua pekerjanya adalah wanita muda dan cantik. Tentu saja usahanya laris manis.
Sedangkan di Mekkah, sepanjang yang saya amati tidak ada pekerja wanita di sana, kecuali yang saya temui sebagai perawat dan dokter di Rumah Sakit, dan petugas kebersihan di toilet wanita Masjidil Haram. Penjaga toko, kasir supermarket, penjual makanan, pramusaji di rumah makan semuanya kaum laki-laki. Kalau saja di Indonesia kesempatan kerja kaum lelaki tidak dihabiskan oleh wanita, maka kaum lelaki di Indonesia semangat kerjanya haruslah lebih tinggi, pendapatannya lebih banyak, kesempatannya lebih luas, dan angka perceraian karena gap penghasilan antara suami istri akan menurun drastis. Termasuk biaya susu formula dan baby sitter. Kaum wanita masih bisa berkarya dalam bidang-bidangnya tanpa mengorbankan harga diri dan kehalusan budinya di jalan-jalan dan tempat-tempat yang 'keras'.
Lantas apakah di Mekkah kemudian tidak ada pelecehan seksual, KDRT, dan kasus-kasus kriminalitas? Tentulah masih ada, tapi saya yakin tidak sebanyak di Indonesia. Karena secara sistem kesempatan-kesempatan seperti itu terus ditekan.
Nah, jama'ah haji wanita Indonesia seringkali lupa dengan kondisi dan sistem yang sangat berbeda itu. Dikiranya sih sama saja. Beberapa kali saya temui ibu-ibu (bahkan ibu muda atau gadis) memakai celana sedikit ketat (kalau memakai di Indonesia biasanya malah super ketat), dengan blouse yang panjangnya sedikit di bawah pantat, dan kerudung pendek. Ketika sholat di masjid hanya memakai mukena atasan saja. Bisa dibayangkan, suasana Masjidil Haram yang bercampur baur antara jama'ah laki-laki dan perempuan. Ketika wanita itu ruku' atau bersujud dan mukenanya tertarik ke atas, maka orang di belakangnya akan jelas melihat lekukan di balik celananya. Masya Allah. Coba dibandingkan dengan jama'ah Turki atau Afrika misalnya yang memakai jubah dan baju longgar di luar celana panjang yang dipakainya.
Berhati-hati dan jaga diri. Itulah pesan dari ustadz pembimbing. Keluar maktab sebaiknya jama'ah wanita berombongan, lebih baik lagi bila bersama mahram. Tidak memakai pakaian yang menarik perhatian terutama bila ke Masjid. Bila naik kendaraan, untuk mengantisipasi berbagai berita dan kejadian, diatur sedemikian rupa. Kalau naik kaum laki-laki dulu, sedangkan kalau turun kaum wanitanya dulu.
Seorang jama'ah wanita dalam satu rombongan kami meskipun sudah sedikit berumur, kira-kira limapuluh lima tahunan, rupanya terbiasa mengoleskan bedak sedikit tebal dan lipstik di bibirnya. Ketika naik bus hendak ke Masjid, beliau duduk tepat di belakang sopir. Meskipun sudah tua tapi lipstik itu rupanya tetap membuatnya menarik perhatian si sopir. Sang sopir tersenyum-senyum dan menoleh kepada si ibu,
"Ckckck.... cantik.... cantik.... " ujarnya dalam bahasa Arab sambil mengacungkan jempol pada si Ibu. Untunglah disana ada pembimbing kami. Sehingga kejadian pelecehan seksual sopir bus yang menggerayangi penumpang yang duduk di belakangnya tidak terjadi.
Setelah kejadian itu, ustadz pembimbing memberlakukan aturan baru. Dilarang Pakai Lipstik ke Masjid! Apalagi segala jenis make-up lainnya. Bahkan larangan itu berlaku selama berhaji sampai kembali ke tanah air. Ke Masjid kok pakai lipstik, memang mau berniat apa? Tentu saja semua demi konsentrasi ibadah dan keselamatan para jama'ah.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment