Nenek tua yang masih cantik, berkulit putih, dan bersuara lembut seperti penyanyi. Satu sore tiap dua minggu, ia selalu duduk di ruang tunggu bersama cucu yang manis. Menanti aku menyambut senyumnya dan menyentuhkan beberapa peralatan ke tubuhnya.
"Alhamdulillah Tekanan Darahnya baik, kapan jadwal ke Rumah Sakit, nek?"
"Bulan depan Insya Allah, obatnya masih ada. Kalau periksa di sini saja apa gak bisa, bu dokter?" Sebersit senyum menggaris di wajahnya yang khas, tanpa barisan gigi.
"Aih nenek. Jantung nenek bermasalah, jadi sebaiknya ke Rumah Sakit. Saya hanya mengontrol saja dan mengobati yang saya bisa."
"Hehe, iya bu dokter, Jangan bosan-bosan kalau saya datang dan tanya-tanya ya. Maklum sudah tua, jadi banyak keluhannya" Tangan keriput nenek menyentuhku lembut. Segera menggandeng sang cucu kembali ke rumahnya yang hanya beberapa puluh meter dari pintu rumahku. Aku tersenyum membalas lambaiannya.
NENEK TIDUR ?
Telepon rumah berdering, suara cucu nenek mengisyaratkan kekhawatiran ...
"Nenek dari pagi tidur terus, sekarang tampaknya ngorok kenapa ya, dok?"
"Oke, saya lihat ke rumah, ya"
Bergegas saya menyambar beberapa alat, pintu rumah nenek sudah terbuka, nenek tertidur di bednya yang empuk. "Grook ... Ngkroook... " nafasnya terengah, mulutnya sedikit menganga, guncangan ke tubuhnya tidak membuatnya bangun.
"Nenek tidak sedang tidur, sebaiknya sekarang langsung dibawa ke Rumah Sakit."
"Apakah nenek akan baik-baik saja" tanya sang cucu. Aku tidak sanggup berkata-kata....
Tepat 24 jam kemudian telepon berdering kembali.
"Nenek baru saja berpulang, di ICU .." sebuah isakan kecil tertahan.
"Innaa lillaahi wa inna ilaihi roji'un"
TITIPAN NENEK
Suatu sore yang sendu, cucu nenek mengetuk di balik pintu ...
"Sebelum sakit kemarin nenek menitipkan ini untuk ibu"
"Waduh, apa ini, tidak perlu repot ... saya tidak membantu apa-apa"
"Sudahlah bu dokter, ini pesan dari nenek. Maaf bukan sesuatu yang berharga"
Aku terima titipan nenek, sebuah seprei coklat muda yang cantik. Subhanallah nenek....
"Alhamdulillah Tekanan Darahnya baik, kapan jadwal ke Rumah Sakit, nek?"
"Bulan depan Insya Allah, obatnya masih ada. Kalau periksa di sini saja apa gak bisa, bu dokter?" Sebersit senyum menggaris di wajahnya yang khas, tanpa barisan gigi.
"Aih nenek. Jantung nenek bermasalah, jadi sebaiknya ke Rumah Sakit. Saya hanya mengontrol saja dan mengobati yang saya bisa."
"Hehe, iya bu dokter, Jangan bosan-bosan kalau saya datang dan tanya-tanya ya. Maklum sudah tua, jadi banyak keluhannya" Tangan keriput nenek menyentuhku lembut. Segera menggandeng sang cucu kembali ke rumahnya yang hanya beberapa puluh meter dari pintu rumahku. Aku tersenyum membalas lambaiannya.
NENEK TIDUR ?
Telepon rumah berdering, suara cucu nenek mengisyaratkan kekhawatiran ...
"Nenek dari pagi tidur terus, sekarang tampaknya ngorok kenapa ya, dok?"
"Oke, saya lihat ke rumah, ya"
Bergegas saya menyambar beberapa alat, pintu rumah nenek sudah terbuka, nenek tertidur di bednya yang empuk. "Grook ... Ngkroook... " nafasnya terengah, mulutnya sedikit menganga, guncangan ke tubuhnya tidak membuatnya bangun.
"Nenek tidak sedang tidur, sebaiknya sekarang langsung dibawa ke Rumah Sakit."
"Apakah nenek akan baik-baik saja" tanya sang cucu. Aku tidak sanggup berkata-kata....
Tepat 24 jam kemudian telepon berdering kembali.
"Nenek baru saja berpulang, di ICU .." sebuah isakan kecil tertahan.
"Innaa lillaahi wa inna ilaihi roji'un"
TITIPAN NENEK
Suatu sore yang sendu, cucu nenek mengetuk di balik pintu ...
"Sebelum sakit kemarin nenek menitipkan ini untuk ibu"
"Waduh, apa ini, tidak perlu repot ... saya tidak membantu apa-apa"
"Sudahlah bu dokter, ini pesan dari nenek. Maaf bukan sesuatu yang berharga"
Aku terima titipan nenek, sebuah seprei coklat muda yang cantik. Subhanallah nenek....
No comments:
Post a Comment