Tuesday, March 23, 2010
Mengajak Anak Sholat? He.. he.. he...
Membiasakan anak Sholat memang susah-susah gampang. Pastinya banyak kejadian lucu. Contohnya nih :
Makmum Bisa Masbuq, Kalo Imam.. ????
Suatu maghrib kakak masih terus saja mondar-mandir sambil memegangi sarung yang dari tadi tidak selesai-selesai dirapikan. Sementara ibu sudah siap dg mukena dan dua sajadah dalam posisi berjama'ah. Takut kehabisan waktu, ibu tidak lagi sabar menunggu berjama'ah dg kakak. Toh sebenarnya ibu tetap berniat sholat sendiri karena 'si imam cilik' belum baligh dan kalau jadi imam masih suka garuk-garuk atau menggoyang-goyang kaki dan pinggulnya. Sampai takbir roka'at kedua si kakak mondar-mandir di samping ibu dg sarung yang sepertinya sudah rapi. Tangan menggaruk-garuk kepala seperti berfikir keras. Muncul gumamannya yang sebenarnya sangat keras. "Nggg, ada nggak ya imam masbuq. Wah gimana ya imam masbuq.... Ngg... ???"
Kontan saja ibu geli dan membatalkan sholatnya. Nah, makanya mas, kalau mau jadi imam yang cepat, jangan mondar-mandir melulu.
Aku Udah Nggak Lari Kok.!
Nah kalau bapak sudah berpakaian rapi mau ke masjid, pasti ada yang berebut mau ikut. Padahal bapak hanya sanggup mengajak satu anak saja untuk satu kali jama'ah. Soalnya kalau dua yang ikut ada potensi mereka bekerjasama untuk iseng dan bergurau. Atau saling mengganggu. Buntutnya jama'ah lain terganggu dan bapak merasa tidak enak. Tapi waktu itu susah banget komprominya. Tidak ada yang mau mengalah. Meskipun sudah dijanjikan bergiliran. Akhirnya bapak harus menyerah dan membawa dua anak dengan persyaratan ijin dari Ibu pada si bontot. "Adik boleh ikut asal nanti di masjid tidak lari-lari. Kalau nanti adik lari-lari besok lagi bapak nggak mau ajak adik lagi, ya. Bener, ya" Adik mengangguk dan berjanji sepenuh hati.
Pulang dari masjid, wajah bapak kusut. Kenapa? "Adik mengganggu orang-orang sholat nih, bu"
Loh, khan...
"Ibu.. Ibu .. aku nggak lari-lari kok. Aku cuma jalan-jalan sedikit-sedikit. Gini lho.. " Adik memperagakan cara jalannya dengan langkah yang kecil-kecil.
"Iya, tapi jalannya di atas sajadah orang-orang... " kata bapak
Ibu memegang tangan adik dan memperjelas kalimat
"Adik, kalau sholat di masjid nggak boleh lari-lari, nggak boleh jalan-jalan, nggak boleh bercanda, jadi harus diam di tempat dan ngikuti gerakannya sholat.. "
Adik yang masih TK itu melongo dengan mimik innocent, bukankah ia sudah mematuhi perintah ibu? Kok masih salah juga. Jangan-jangan emang perintahnya yang nggak jelas. Nah loh, Ibu jadinya salah juga.
Siapa Paling Pantas?
Sholat berjama'ah bersama di rumah memang harus punya stok kesabaran tinggi. Menyiapkan anak-anak sudah butuh energi tinggi, apalagi kalo harus berjama'ah tanpa bapak. Makin repot, karena semua lelaki kecil itu berebut jadi imam. Siapa yang paling pantas?
"Anak-anak imam itu ada kriterianya. Pertama cari hafalannya yang paling banyak, kedua cari yang bacaannya paling fasih, ketiga cari umurnya yang paling tua."
Kakak tertua punya angin nih. Dia merasa punya ketiga-tiganya dibanding yang lain. Tapi adik kelas satu tidak mau kalah.
"Mas kalau jadi imam yang dibaca cuma surat-surat pendek sih. Aku kan hafalnya surat panjang"
Sudah maklum kalau kakak banyak lupa surat-surat panjang yang mulai dihafalkan sejak kelas satu. Maklumlah bukan karakter penghafal. Jadi dia lebih memilih aman dg membaca surat-surat pendek. Sedangkan si Adik yang memang punya karakter hafalan yang kuat sedang fresh dengan pelajarannya. Jadi....
Oke, hari ini adik kelas 1 yang jadi imam. Dan makmum harus siap mendengar bacaan imam. Rokaat pertama surat An-Naba' dan Rokaat kedua surat An-Naaziat. He... he..
Sejuk 1
Demi urusan menjenguk orang sakit, dengan terpaksa anak-anak dititipkan pada Eyangnya. Waktu dhuhur sudah setengah jam berlalu ketika Bapak dan Ibu sampai di rumah Eyang kembali. Dengan segera ibu menjulur-julurkan kepala mencari mereka. Tidak ketemu. Eyang memberi isyarat ke arah kamar dengan pintu tertutup tidak rapat. Ibu mengintip dan melongok sedikit ke dalam. Sebuah pemandangan menakjubkan. Kakak menjadi imam dan adik-adik berbaris di belakang menjadi makmum. Si Adik paling kecil tersenyum-senyum dan menggoyang-goyangkan pinggulnya melihat wajah ibu. Pelan-pelan ibu keluar dan mengacungkan jempol pada Bapak. Duhhh.... sejuknya !!!!
Sejuk 2
Jam 10 malam ibu yang baru saja memulai tidur dikejutkan suara gedubrak pintu kamar anak-anak. Ibu segera keluar. Dilihat kakak yang terburu-buru menyalakan lampu kamar mandi dan masuk ke dalamnya.
"Ibu, aku tadi lupa belum Sholat Isya" Segera kakak mengambil wudhu dan bergegas Sholat. Bahkan tadi sempat ibu tidak tega membangunkannya yang tertidur pulas.
Ohh,... kesejukan itu !!!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment