Wednesday, July 10, 2013

My Gifted Child: Mereka Mengolokku, Bu!

 Hanif keluar rumah dan sibuk sendiri seperti yang biasa dia lakukan. Sementara banyak anak tetangga sedang bermain bola. Tidak, Hanif tidak terlibat permainan. Hanya fisiknya saja yang tampak berbaur dengan mereka. Sesungguhnya pikirannya mengembara, kakinya mondar-mandir cepat, telunjuk kanannya kadang bergerak-gerak seperti menggambar sesuatu, berhenti mengamati bunga rumput atau menggoyang-goyangkan pohon. Kala itu umurnya sekitar 9 tahun.

Dia harus selalu dalam jangkauan mataku. Entah aku awasi dari balik jendela kaca rumah ataukah terlihat menyibukkan diri di depan rumah, karena sesuatu bisa saja terjadi.

Gedebug... gedebug... anak-anak tetangga berlarian sambil tertawa-tawa. Lima meter di belakang mereka Hanif bermuka memerah, tatapannya tajam berapi, langkah kakinya gusar mengejar gerombolan anak-anak itu. Sebuah batu besar, ya sangat besar, jauh lebih besar dari kepalan tangannya yang kurus, dalam posisi siap dilempar.

'Hanif! Sudah nak, sudah' Aku mencegahnya membuat lemparan, mendekapnya erat. Tentu saja dia berontak dan meronta-ronta. Tapi tenagaku masih cukup kuat saat itu untuk memaksanya masuk rumah.

'Kenapa ibuk nggak bolehin aku melempar mereka. Mereka kan yang salah. Mereka itu yang ngolok -ngolok  aku duluan'. Dalam dekapanku ia protes keras.

'Ya , ibu tahu. Mereka salah karena mengolokmu. Tidak usahlah kamu balas. Biarkan saja.'

Hanif berteriak makin keras, '  Kenapa nggak boleh membalas. Mereka enak-enak saja. Kenapa ibu malah membela mereka. Ibu nggak sayang aku! '

Keras kepala, tidak mudah menerima alasan diluar logikanya dan tidak mudah menyerah inilah yang kerap kali harus kuhadapi. Menimbun gunungan sabar dan mencari jawaban yang tepat meskipun akan terus memicu perdebatan.

'Justru ibu sayang dengan kamu. Kalau kamu melempar mereka kemudian mereka membalas sementara jumlah mereka lebih banyak, kamu bisa terluka dan ibu pasti tidak rela'

'Aku berani kok. Aku nggak takut kalaupun terluka. Bukankah aku membela kebenaran?  Kalau mereka dibiarkan justru mereka nggak sadar-sadar'

'Lha kalau mereka ada yang terluka gimana? Urusannya akan makin panjang. Orang tuanya tidak terima, terus lapor polisi, dan bapak atau ibu atau kamu bisa masuk penjara'. Waduh sebenarnya terlalu jauh, tapi gimana lagi, segala kemungkinan harus masuk akal untuk dia.

Di akhir perdebatan yang panjang, aku menguatkan hatinya. Bahwa Allah telah mencatat segala amal perbuatan manusia, dan keadilan Nya tidak perlu diragukan.

Ketika Hanif mulai mereda, dari balik jendela kaca kulihat seorang anak tetangga menunjuk-nunjuk ke pintu pagarku dan berkata pada teman-teman yang lain.

'He, Hanif setres, Hanif setres (maksudnya gila)'. Aku tahu, anak inilah yang jadi leader teman-temannya. Sering aku pergoki berbicara kasar dan mengumpat tentu saja tanpa sepengetahuan orang tuanya. Kurang perhatian? Mungkin saja.

Okelah, saatnya bertindak seperti harapan Hanif. Aku keluar dan menghampiri si anak tetangga. 'Tolong ya, jangan berkata seperti itu lagi'.

Bukannya minta maaf, si anak malah ngeles-ngeles dan mencari dukungan teman-temannya. 
Baiklah, aku melangkah ke pintu pagar rumah yang paling dekat dengan rumahku itu dan mengetuknya. Sejurus kemudian ayah si anak pun keluar.

'ya. ada apa'

'maaf pak, anak bapak mengolok anak saya. dia bilang Hanif setres. mohon diingatkan.'

Si ayah hanya berteriak keras ke anaknya 'he, siapa tadi yang bilang-bilang gitu. nggak boleh!' 

Sudah, begitu saja. Tidak ada nasehat, tidak ada permohonan maaf, bahkan tanpa perlu memperdulikanku dan ngeloyor kembali masuk rumah. 

Insiden itu bukanlah yang terakhir, hingga aku masih selalu memasang mata awasku bahkan ketika anakku berada di dalam pagar rumah kami sendiri.

Nak, bagaimanapun pahit sebuah penghinaan, mari kuyakinkan bahwa ujungnya akan terasa sangat manis. 

Kelak ternyata mereka tidak berani meremehkan dan memandangmu sebelah mata, ketika namamu terus terpampang dan jadi ikon prestasi di sekolahmu. Meski kamu tetap saja masih aneh di mata mereka.

1 comment:

LOGO IDI

LOGO IDI

LOGO PEMDA GRESIK

LOGO PEMDA GRESIK