Tuesday, December 7, 2010

Status Biang Kerok .........

Nyonya Baha' sumringah membawa nampan dengan dua cangkir teh hangat beraroma wangi. Sepiring kecil kue kering pun ikut berdesak-desakan disana. Sejurus kemudian isi nampan sudah berpindah ke meja kecil di samping Tuan Baha'.

"Papa, mama udah bisa buka akun nih," Nyonya Baha' mengambil tempat di kursi dekat suaminya. Tuan Baha' belum bergeming dari majalah keluarga yang dibacanya.

"Hmmm, akun apa sih, ma?" jawab Tuan Baha' tanpa mengalihkan pandangan dari halaman majalah itu.

"Ya akun FB lah, semua teman mama udah punya tuh. Teman-teman papa juga, lo"

"FB? Facebook maksudnya?" Tuan Baha' memaling dan memandang istrinya lekat-lekat.
Nyonya Baha' mengambil piring kue dan mengangsurkannya pada suaminya. Tuan Baha' mencomot dua kue sekaligus.

"Iya, fesbuk pa. Biar mama juga gaul sedikit lah, gak kuper biar kata titelnya De eR A alias di rumah aja"

"Nanti mama lupa waktu. Papa nggak mau lo ditelantarkan" Tuan Baha' kembali menekuni bacaannya.

"Ah, papa. Kalau pagi papa udah berangkat kerja dan anak-anak udah sekolah kan mama nganggur. Daripada bengong sendiri kan diisi yang bermanfaat. Iya kan, pa"

"Emang selama ini kalau mama nganggur diisi apaan?" Tuan Baha' balik bertanya

"Ya, paling-paling baca majalah, coba-coba resep ...."

"Kayaknya yang itu lebih bermanfaat deh, ma." Tuan Baha' mengambil lagi sepotong kue dan memasukkannya ke mulut. Kue hasil coba resep istrinya selalu enak. Sayang banget kalau nggak ada lagi.

"Idiih, papa. Kok nggak ngedukung istrinya gaul, sih"

Muka Nyonya Baha' berubah kuning, pertanda mau jadi merah, merah padam, trus bakalan keluar banjir bandang. Tuan Baha' harus menyelamatkan situasi layaknya super hero.

"Ya, okelah ma. Asal rumah masih keurus aja. Papa akan selalu ngedukung mama."

"Okh, makasih ya, pa... ngedukung pulsa juga, ya." Sebuah kecupan mendarat di kening botak Tuan Baha'. Once again, Mr. Baha' saved the day!

--------------------------------------------------------------------------------------------

Tuan Baha' melangkahkan kakinya memasuki pintu kantor. Pak Gayus satpam mengangguk hormat dan tersenyum resmi.

Tuan Baha' naik ke lantai 2 tempat ruangannya berada. Sepanjang koridor menuju ruangan ia harus melewati beberapa meja karyawati. Beberapa dari mereka tersenyum dan berbisik-bisik sesama temannya. Tuan Baha' hanya melihat sekilas. Ah, nggak ada yang aneh kok. Penampilannya normal-normal saja hari itu.

Tuan Baha' menghempaskan tubuhnya di kursinya yang nyaman. Siap memulai pekerjaan. Setumpuk tanda tangan berkas, cek email, dan negosiasi proyek besar. Perusahaan pengolahan kayu yang dirintisnya sendiri dari angka nol itu kini mulai diperhitungkan.

Tuan Baha' menekan tombol telepon PABX di atas  mejanya, "Wati, tolong bawakan cek yang mau saya tanda tangani."

Setengah menit kemudian seorang wanita muda berkacamata masuk ke ruang Tuan Baha' membawa beberapa buku cek dan setumpuk map.

"Ini pak yang harus ditandatangani hari ini." Wanita bernama Wati itu memandang dasi merah Tuan Baha' sembari tersenyum penuh arti.

"Eh, ada apa? Kok lihat-lihat dasi saya."

"A.. anu pak. Dasi bapak memang bagus. Hadiah dari ibu ya, pak. Dari Singapore kan." Sekali lagi Wati melirik tajam ke kerah si bos. Tuan Baha' tergagap sejenak.

"Eh, tahu darimana ini hadiah dari istri saya?"

"Dari status ibu pak, saya kan 'fren' sama beliau?"

"Status?" Tuan Baha' bergumam dan mengernyitkan dahi. Wati mengundurkan diri keluar dari ruangan.

Telepon berdering dua kali, Tuan Baha' tergesa mengangkat.

"Hallo,"

"Pak, saya mau nunjukkan laporan keuangan untuk persiapan meeting besok," suara tegas wanita di seberang telepon.

"O, ya bu Shanti, sekalian file untuk presentasinya."

"Baik, pak"

Tuan Baha' kembali menekuri tumpukan dokumen dan menandatanganinya.
Lima menit kemudian muncul wanita seumuran dengan istrinya dengan baju kantor yang anggun, meskipun wajahnya terlihat selalu serius.

"Pak ini sudah selesai semua, silakan bapak teliti barangkali nanti ada tambahan."
Tuan Baha' menerima beberapa lembar kertas dan sebuah Compact Disc. Tuan Baha' membuka-buka sekilas dan memasukkan CD ke dalam CD-ROM laptopnya. Terdengar suara piringan berputar, 'klik' mouse, dan beberapa diskusi kecil.

"Pak, saya ucapkan selamat ya, pak!" suara bu Shanti memecah suasana.

"Selamat apa bu? Saya kan nggak ulang tahun hari ini?"

"Selamat Ulang Tahun Pernikahan, pak. Yang ke empat belas ya. Ngomong-ngomong kadonya cantik banget. Nggak nyangka selera bapak tinggi juga."

Tuan Baha' mengangkat kepala dari monitor. Menatap wajah kagum bu Shanti. Semalam candle light dinner dan sebuah kado mungil, tapi ... bagaimana dia ....

"Bu Shanti tahu darimana?" Tuan Baha' gusar.

"Saya kan berteman dengan ibu, pak. Sesama ibu-ibu arisan kantor. Barusan update tuh statusnya ibu. Di Facebook pak!" Bu Shanti mengemasi beberapa kertasnya kembali.

Apa-apaan ini, kenapa semua orang tahu apa yang dia lakukan. Dan si fesbuk itu ....? Tuan Baha' semakin gusar dan tidak mengerti.

Sebelum menutup pintu, Bu Shanti melongok kembali.
"Pak, tahun depan bunganya jangan kelupaan lagi ya, pak."

"Oh, my God, kok bisa .... " Pintu tertutup, Tuan Baha' ternganga.

--------------------------------------------------------------------------------------------------

Tuan Baha' mengurungkan langkahnya. Ia melewati toilet wanita dengan pintu yang sedikit terbuka ketika mendengar namanya disebut-sebut dari dalam.

"Nggak nyangka ya, pak Baha' orangnya romantis juga."

"Iya, sudah sukses, kaya, baik hati, perhatian sama istri lagi. Wanita mana yang nggak pingin punya suami kayak gitu."

"Eh, kalian kok tahu sih."

"Duh, wi, aku kan 'fren' sama nyonya Baha'. Malah bikin group arisan kantor juga. Beliau kan tiap hari update status. Hi ... hi ... sms-sms nya maut loh. Oh, I wish he's my husband"

"Husshh, nggak sopan! Udah suami orang tauk."

"Habis, si nyonya mujinya setinggi gunung sih, hi.. hi.. hi.. "

Glek. Tuan Baha' balik kanan ambil langkah setengah ribu kembali ke ruangan. Makin runyam nih. Rasanya setiap orang tahu tentang dirinya, istrinya, rumahnya ... wow.

Kembali menghadap monitor laptop, Tuan Baha' mengakses situs pertemanan yang sedang booming luar biasa itu. Nyonya Baha' pernah bilang kalau ia dibuatkan akun.

          Email : baharuddin71@gmail.com
          Password : nettycantiq

Seingatnya password itu yang dibisikkan Nyonya Baha' padanya. Netty adalah nama gadis Nyonya Baha'.
Login. Loading. Blep. Home.
Netty Baharuddin muncul berderet-deret.

           Netty Baharuddin Candle light dinner plus hadiah kalung cantik nih.
                                     Luv U Pa ......
                                     Nelly Siregar Deeuh, yang lagi jatuh cinta
                                     puber kedua ....
                                     Dina 'mama' Khansa Beruntung banget ya jeng,
                                     bagi-bagi dunk ...wkwk ..........
                                     Sasha CantiqzImoetz Potonya diaplot dong, tan
                                     ... pengen liat nich ..

           Netty Baharuddin sms from my hubby: 'Ready 4 tonight.
                                     U always make me crazy, sweety..'
                                     siap-siap dress up nich ...
                                     Jay The Joker suit ... suit... prikitiew
                                     Danesha Danoe Suaminya romantis ya mbak.
                                     Jadi ngiri nich!
                                     Netty Baharuddin @Jai: hehe ..makanya
                                     perhatiin istrinya, ini lagi mo nge-date
                                     @Danesh: siapa dulu dong istrinya,
                                     tiap hari kan dirawat lho jeng.
                                     Btw arisannya tetep kan.

          Netty Baharuddin

          Netty Baharuddin

Berkelebat headline koran digital di kepala Tuan Baha'.
'Gara-gara Status di Facebook, Seorang Siswa SMA Dikeluarkan Dari Sekolah'
'Satu Lagi Pasangan Bercerai Akibat Facebook'
'Anak Terlantar, Ditinggal Ibu Ke Warnet Main Facebook'

Berjuta kunang-kunang beterbangan di depan mata Tuan Baha'. Merasa dirinya seperti berada di iklan halaman belakang koran Kompas. Semua orang tahu siapa dia.

Nada dering Tombo Ati mendayu dari Handphone Tuan Baha'.

"Hallo, ya Den, gimana kabarnya?" Tuan Baha' menyapa seseorang di seberang sana.

"Soal proyek nih, Baha'. Kau jangan coba-coba tipu aku. Aku ni udah bantu kamu banyak Baha'. Kita ini kawan karib sejak lama. Jangan kau buat aku seperti ini... " suara berat yang mengandung kekecewaan.

"Eit, sebentar nih Den. Aku nggak ngerti kamu bicara apa ... aku... "

"Kau janji sama istri kau belikan mobil baru kalau proyek kita goal. Jadi sebenarnya keuntungannya berapa? Kau bilang ke aku cuma segitu, nyatanya kau mau beli Alphard baru. Kalau nggak fair kayak gini mending aku stop dulu kerjaanku sampai semuanya jelas .."

"Aduh Deni, ini kabar apa lagi? Proyek itu harus jalan, Den. Lagian kamu dapat kabar burung darimana?" Tuan Baha' mengusap-usap kepalanya gelisah.

"Bukan kabar burung, Baha'. Istriku yang cerita kalau istrimu sendiri yang ngomong seperti itu. Mereka kan juga dulunya kawan."

"Istriku ketemu sama istrimu?" Tuan Baha' makin tak mengerti.

"Ah, nggak perlu ketemu. Istriku tahunya ya dari itu tempat ngerumpinya ibu-ibu. Fesbuk ato apalah itu. Pokoknya Baha', kita ketemu besok dan jelaskan pada aku semuanya, sebelum aku teruskan pekerjaanku!"

Klik.

"Hallo Den ... Deni ... Deni... Ah .."

Tuan Baha' membanting punggungnya ke sandaran kursi. Ini sudah keterlaluan. Wibawanya sebagai atasan turun. Dihadapan orang-orang yang ia dan istrinya kenal, ia merasa seperti ditelanjangi. Dan pekerjaan pun harus terimbas juga? Tidak bisa dibiarkan!
Tuan Baha' menyambar tas dan jasnya.

-----------------------------------------------------------------------------------------------

Nyonya Baha' senyum-senyum sendiri di depan layar handphone. Kedua jempolnya sibuk memencet-mencet tombol. Nyonya Baha' terlonjak ketika terdengar suara mobil Tuan Baha' memasuki halaman rumah. Keningnya berkerut. Bukankah belum jam pulang kantor?

Tuan Baha' melangkah panjang-panjang ke dalam rumah. Sepatunya berderap-derap. Dengan senyum mengembang Nyonya Baha' menyambut dari dalam.

Merah padam muka Tuan Baha', suaranya menggelegar ....

"Mamaaa .... enyahkan fesbuk dari rumah kitaaaa !!!!"

Tangan Nyonya Baha' bergetar, sebuah handphone bertuliskan BlackBerry meluncur ke lantai. Prakkk!!!

2 comments:

  1. Tulisannya lucu mbak, sekaligus mengena sasaran, jd pengingat. Jazakillah khair.

    ReplyDelete
  2. Ukhti Isna: terimakasih, semoga jadi pengingat bagi saya dan siapa saja....

    ReplyDelete

LOGO IDI

LOGO IDI

LOGO PEMDA GRESIK

LOGO PEMDA GRESIK