Thursday, October 28, 2010

Catatan Haji : Diorama di Bukit Uhud

Bagian dari ziarah di kota Madinah adalah mengunjungi bukit Uhud yang terkenal karena Peristiwa Perang Uhud. Pada peristiwa itu Pasukan Muslim menderita kekalahan besar. Bahkan Nabi Muhammad pun sempat terluka parah.

Usai perjalanan 25 kilometer dari pusat kota Madinah, terhamparlah lembah pasir yang luas. Kecuali tempat parkir yang sudah dibalut beton. Bukit-bukit pasir menjulang tinggi di sisi utara seperti pagar alami. Cocok sekali untuk benteng pertahanan. Itulah bukit Uhud.

Turun dari bis kebanyakan jama'ah sudah berhamburan. Tujuan yang paling utama adalah kompleks Syuhada Uhud. Di dalamnya adalah makam para syuhada yang terbunuh dalam perang Uhud. Jangan dibayangkan makamnya seram seperti di Indonesia. Yang terlihat hanyalah hamparan tanah pasir yang dibatasi pagar tinggi, bahkan gundukan tanahnya pun tidak terlihat jelas. Tidak ada pagar atau rumah-rumahan yang ditutupi kelambu, dan yang jelas tidak ada bunga kamboja ataupun batu nisan yang dibungkus kain kafan putih.

Salah satu yang dimakamkan di kompleks Syuhada Uhud adalah Hamzah bin Abdul Muthallib, paman Nabi Muhammad SAW. Katanya sih makamnya ditandai dengan deretan batu yang disusun melingkar, tanpa bentuk dan tanpa ukiran nama.

Yang masih ada disana adalah para makelar do'a. Biasanya berdiri di sepanjang pagar pembatas kemudian menawarkan pada rombongan jama'ah untuk memimpin do'a bagi para penghuni makam. Para jama'ah tentu senang dan mengaminkan. Tapi setelah itu, para jama'ah dimintai ongkos beberapa riyal.

Saya dan rombongan JM setelah turun dari bis tidak langsung ikut gelombang arus manusia yang berziarah dan berbelanja. Kami berkumpul di lembah pasir sehingga kami dapat memandang jelas bukit uhud dan sebuah bukit kecil di depannya yang disebut bukit Rumat.

Ustadz Musthofa, pembimbing JM, menjelaskan melalui loudspeaker. Beliau menceritakan, seperti sebuah napak tilas, bagaimana gambaran Perang Uhud saat itu. Kami menghadap ke selatan....


"Dari arah selatan sana, pasukan Quraisy Mekkah datang, salah satu pimpinannya adalah Panglima Khalid bin Walid yang memimpin pasukan berkuda. Khalid bin Walid bersama pasukannya pada saat itu hanya berada di kejauhan, sementara pasukan yang lain langsung berhadapan dengan kaum muslimin di sini"
Ustadz menunjuk tempat kami berada saat itu.

"Nabi Muhammad menempatkan pasukan pemanah di atas bukit Rumat (Rumah / Pemanah) itu. Pasukan itu diperintahkan untuk berjaga dan tidak meninggalkan posnya apapun yang terjadi dengan pertempuran di bawah sini."

Kami memandang bukit Rumat. Ia masih merupakan bagian dari bukit Uhud tapi ketinggiannya hanya setengahnya. Posisinya berada di depan bukit Uhud. Kami membayangkan sepasukan tentara pemanah berjajar-jajar disana siap dengan busur dan anak panah terpasang.

Lalu kami seakan melihat pasukan yang saling bertempur. Mulanya kaum muslimin menguasai pertempuran. Kemenangan telah hampir diraih. Senjata dan harta yang berserakan di lembah ini membuat pasukan pemanah tergoda dan tidak mengindahkan perintah. Mereka berbondong-bondong turun untuk ikut memungut harta rampasan perang dan meninggalkan pos mereka.

Kami seakan melihat pasukan berkuda Khalid bin Walid berjalan memutari bukit Uhud dan mendakinya dari sisi utara. Meraka leluasa bergerak karena tidak ada lagi para penjaga di atas bukit Rumat. Pasukan itu kemudian turun kembali dan menyerang kaum muslimin dari belakang. Pasukan kaum muslimin terdesak dan syuhada pun berguguran.

Kami seakan melihat Hamzah r.a, paman Nabi, terbunuh oleh lemparan jarak jauh tombak Wahsyi, budak suruhan Hindun istri Abu Jahal. Kami seakan melihat Bagaimana Mush'ab bin Umair mempertahankan panji-panji bendera kaum muslimin. Ketika satu kakinya tertebas pedang, ia masih terus lari ke baris depan. Ketika kaki satunya pun tersabet senjata musuh, ia mengacungkan bendera dengan tangan kanannya. Ketika tangan kanannya terpotong, ia mengangkat panji itu tinggi-tinggi dengan tangan kiri yang tersisa. Hingga jiwa raga pun dipersembahkan pada Rabbnya yang agung. Keduanya termasuk dalam barisan syuhada yang dimakamkan di Kompleks Syuhada Uhud ini.

Kami pun seakan melihat Rasulullah yang terdesak di sebuah celah sempit diantara perbukitan Uhud. Musuh telah menghunus pedang hampir membuatnya terbunuh. Para sahabat termasuk Ali Bin Abi Thalib melindungi dengan gagah perkasa. Nabi menderita luka parah termasuk beberapa gigi yang tanggal. Ketika Nabi menahan sakitnya luka yang teramat sangat, para sahabat setia memeluk dan menangis tidak rela. Mereka berharap bisa menggantikan derita sakit yang ditanggung kekasih tercinta.

Kami menghela nafas. Seakan semua derap langkah kuda, dentingan senjata, dan kobaran semangat mempertahankan kemuliaan Islam itu tergambar menjadi diorama di sekeliling kami. Tepat di sini di tanah yang kami pijak ini, seribu empat ratus tahun yang lampau. Juga penderitaan dan tumpahnya darah bercampur aroma wangi kesyahidan masih tercium sempurna. Beberapa dari kami bergetar, tak sanggup menahan sesuatu yang menyesakkan dada.

Kami menuju kompleks Syuhada Uhud, memberi salam dan penghormatan yang dalam. Tidak lagi peduli dengan para makelar do'a ataupun penjaja kurma yang berjajar-jajar. Seyogyanya untuk inilah kami datang ke bukit Uhud ini. Yakni untuk membangun diorama dalam jiwa kami yang menggambarkan sejarah di bukit Uhud ini, dan bukan hanya bersusah payah mendakinya tanpa sebuah maksud atau sekedar belanja-belanja saja. Demikianlah ....

No comments:

Post a Comment

LOGO IDI

LOGO IDI

LOGO PEMDA GRESIK

LOGO PEMDA GRESIK