Monday, December 21, 2009

Setiap Anak yang Istimewa ...


Laporan dari Ustadzah kelas melalui buku penghubung : ' Hanif beberapa minggu terakhir tidak mau mengikuti pelajaran Tahsin ( mengaji ) dan Tahfidz ( hafalan) Qur'an'.
Ibupun menanyakan pada Hanif "Kenapa tidak mengaji di sekolah?"
"Nggak mau, aku nggak bisa, tajwidnya susahhh..."
Ibu tahu Hanif sangat suka pelajaran Sains dan cita-cita mulianya adalah menjadi ilmuwan muslim.
"Kalau Hanif pintar sains tetapi tidak mengaji tidak bisa jadi ilmuwan muslim loh. Yang membedakan kita dengan ilmuwan barat adalah kalau kita berpegang pada AlQur'an kita. Ibu tidak mau Hanif jadi seperti orang buta atau orang pincang."
"Maksudnya apa, Bu?"
"Ya, kalau pintar sains tapi tidak mengerti agama seperti orang buta yang berjalan tapi tidak tahu arah. Dan kalau mengerti agama tapi tidak tahu ilmu lain seperti orang pincang yang tidak bisa berjalan.Jadi semua harus seimbang, sayang"
Beberapa saat Hanif tampak mencerna. "Besok mengaji ya"
Beberapa hari kemudian belum ada perkembangan yang berarti. Masih lebih banyak bolongnya daripada mengajinya. Ibu jadi makin tidak sabar, sebab di rumah pun Hanif selalu beralasan dan menolak mengaji.
"Hanif, ibu tunggu beberapa hari ini, kalau kamu belum juga mau mengaji kamu nggak ibu daftarkan Olimpiade Sains." Akhirnya Ibu mengancam. Ibu tahu Hanif sangat menginginkan momen tahunan itu. Karena tahun lalu ia berhasil masuk final Olimpiade Sains itu ke Jakarta.
"Ahh... Ibu mesti gitu. Pokoknya aku nggak mau ngaji ya nggak mau..." Hanif marah dan makin menunjukkan 'pembangkangan'nya, hari itu malahan tidak mau sholat juga. Duhhh, Ibu mesti gimana lagi?
Beberapa hari berlalu dengan diskusi Ibu dan Ayah yang makin intens. Malam itu ba'da maghrib usai Ayah mengaji, Ayah memanggil Hanif mendekat.
"Hanif, kamu bosan belajar Iqra'?"
"Iya, aku susah bacanya sama tajwidnya, aku nggak bisa"
"Kamu langsung belajar baca AlQur'an saja, Nif. Ayah yakin kamu bisa."
"O, iya ayah. Dulu waktu Hanif masih belajar membaca dan baru kenal beberapa suku kata Ibu langsung ajak Hanif baca majalah dan koran. Eh, ternyata Hanif cepat sekali bisa lo, yah" Ibu menimpali
Hanif tersenyum-senyum."Beneran ya, Bu"
"Iya sayang. Kamu itu pintar sekali dan cepet banget bisanya. Mungkin bagi kamu kelamaan kalau harus ngikuti di sekolah. Begini saja, di sekolah kamu tetap belajar Iqra', di rumah belajar AlQur'an langsung. Yang penting benar cara membacanya, nanti teori tajwidnya menyusul saja. Begitu kan, yah"
"Ini ayah punya AlQur'an terjemah per kata. Kamu coba baca dulu terus nanti kita sama-sama baca artinya."
Hanif membacanya sepatah demi sepatah. Ayah membetulkan bacaannya beberapa kali. Kemudian Ayah membacakan artinya per kata dan menjelaskan beberapa bagian ayat-ayat itu.
Alhamdulillah beberapa ba'da maghrib berikutnya, Hanif dengan keingintahuannya yang besar, bersemangat membaca AlQur'an ayat demi ayat. Kemudian membaca artinya kata demi kata, Ayah atau Ibu yang menjelaskan maksud terjemah itu.
"Ibu, aku baru tahu kalau 'la' dan 'lam' itu artinya sama-sama 'tidak'. Ibu, ternyata kata-katanya AlQur'an itu indah sekali ya. Nanti aku mau cerita ke teman-temanku sama ustadzahku, ya"
Subhanallah. Ibu memeluk Hanif dengan kasih. Engkau memang istimewa dan luar biasa nak.

No comments:

Post a Comment

LOGO IDI

LOGO IDI

LOGO PEMDA GRESIK

LOGO PEMDA GRESIK