Saturday, July 30, 2011

Catatan Haji: Nikmatnya Pisah Ranjang

Tidak pernah membayangkan situasi pemondokan di Mekkah ketika Pak Kyai bicara soal pisah kamar.

"Bapak dan Ibu, nanti ketika berhaji kami menghimbau Bapak sekamar dengan Bapak dan Ibu sekamar dengan sesama Ibu"

Suasana sesaat dipenuhi suara lenguhan dan bisik-bisik para peserta Pembekalan Manasik Haji.

"Bapak-bapak jangan khawatir ibu nya hilang. Pagi-pagi kalau ibu sudah masak, nanti akan mengetuk pintu kamar bapak 'Ayo pak, makan'. Lha nanti kalau Bapak ngajak ke masjid, manggil ibu dari luar kamar 'bu, ayo kita ke masjid' Insya Allah lebih mesra"

Terdengar tawa-tawa kecil para peserta.

PISAH RANJANG

Ketika sampai di pemondokan di Mekkah barulah nampak situasi yang sebenarnya. Setiap rombongan mendapat beberapa jatah kamar sesuai dengan jumlah tempat tidur. Satu kamar bisa terdiri dari 4 bed, 6 bed, bahkan ada yang berjejal-jejal sampai 11 bed!

Pantas saja saya pernah membaca sebuah tips persiapan ibadah haji yang menyarankan membawa korden atau kain sprei tambahan dan tali rafia. Rupanya maksudnya adalah untuk membuat sekat-sekat antar bed sebagai hijab karena bercampurnya lelaki dan perempuan dalam satu kamar.

Ustadz pembimbing pun mengadakan rapat singkat untuk menentukan pembagian kamar. Himbauan kamar terpisah antara lelaki dan perempuan pun di upayakan. Kebanyakan jama'ah bisa menerima pemisahan tersebut, tetapi beberapa pasang lainnya tidak bergeming.
Kebanyakan orang tua dari pedesaan atau orang kota dengan pemahaman keislaman yang terhitung masih kurang.

Jadilah saya harus 'pisah ranjang' selama kurang lebih 40 hari masa haji.

Saya sekamar dengan 10 orang ibu-ibu mulai yang muda hingga yang janda tua.

Subhanallah ternyata kenikmatan 'berpisah' patut disyukuri. Kami merasa lebih 'bebas' dalam kamar kami sendiri. Tahu kan perempuan, banyak barang-barang privasi yang membuat banyak lelaki bisa terjangkit penyakit 'piktor' (pikiran kotor).

Belum lagi para ibu tua yang seringkali sembarangan meletakkan pakaian di bed dan dalam keadaan tidur kita tak sadar dengan posisi dan pose kita tentunya.

Ketika beberapa ibu tua menderita sakit, kamar pun berubah fungsi jadi bangsal perawatan. Mulai urusan pijit memijit hingga  membantu memasakkan makanan.

Seorang teman pernah bercerita bahwa seringkali ia harus ke kamar mandi hanya untuk menyisir dan merapikan rambutnya yang terurai panjang karena merasa tidak nyaman dan aman dalam kamar yang bercampur aduk.

KAMAR CINTA

Tidak semua yang berangkat haji termasuk golongan lansia atau pra lansia. Beberapa dari rombongan masih berkisar 30-40 an tahun, bahkan ada yang masih belum genap 30 tahun, termasuk saya.

Empat puluh hari pisah ranjang tentu jadi masalah tersendiri buat pasangan muda. Tapi Pak Kyai dengan pengalamannya bertahun-tahun tentu memahami dan punya solusi jitu.

Rapat bapak-bapak pun digelar. Keputusan diambil. Ada penjadwalan yang hanya diketahui Pak Kyai. Beliau yang akan mengkomando kapan semua harus pergi ke masjid dan siapa yang harus tinggal di maktab, tentu dengan sebuah kode rahasia.

Dan ketika sebuah sms dari suami terbaca jelas: 'Hari ini kita tidak ke Masjid, kunci sudah aku bawa'.
Jantung pun berdetak, senyum pun terkembang. Jadi teringat lagu Obbie Mesakh di tahun 90-an yang menunggu pacarnya di sudut sekolah.... hahahaha....

Hmmmm.... nikmatnya pisah ranjang.....

No comments:

Post a Comment

LOGO IDI

LOGO IDI

LOGO PEMDA GRESIK

LOGO PEMDA GRESIK